Setelah menempuh perjalanan darat selama kurang lebih tiga jam, akhirnya tiba di Pantai Wini. Pantai ini begitu eksotis karena saat sore hari, pengunjung bakal disuguhi sunset atau matahari terbenam yang sempurna. Infrastruktur jalan di sekitar pantai cukup baik, sehingga layak pantai ini sebagai destinasi wisata favorit baru.
Meski demikian, di balik keindahan Pantai Wini, para pengunjung bakal disuguhi informasi yang mengingatkan sekaligus mengerikan yakni terdapat papan pengumuman agar tidak mandi atau berenang, sayangilah nyawa Anda, karena sudah sering kejadian pengunjung hilang di makan buaya.
"Iya terakhir pengunjung pantai warga sekitar berenang kemudian hilang karena dimakan buaya. Tim SAR dari Kupang didatangkan untuk pencarian selama seminggu tak juga menemukan jasadnya," kata Willy, 42, warga Kabupaten Kefamenanu saat ditemui di warung kopi Libas, Pantai Wini.
Setelah menikmati keindahan pantai Wini, tim juga sempat mendatangi Rumah Adat Tasain, Kabupaten Malaka yang arsitek bangunannya mirip seperti di Wae Rebo, sebuah desa kecil di Satar Lenda, Kecamata Satarmase Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tim sempat berbincang dengan Jeremias Kepala Suku Adat Tasain. Dia mengatakan rumah adat ini dulunya dijadikan tempat penyimpanan stok makanan hasil bumi. "Karena suku di sini masyarakatnya sering berpindah-pindah, tempat ini terus dilestarikan dan bergeser fungsinya menjadi tempat yang disucikan, karena banyak terkandung nilai-nilai magis di sini," katanya.