Sementara itu, Ketua DPD Putri Bali Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi, Geindah mengatakan di daerah tujuan wisata (DTW), terkadang pihaknya merasa sedikit termarjinalkan dibanding dengan pelaku usaha hotel dan restoran. Salah satu contohnya bantuan dana hibah hanya ditujukan untuk pelaku hotel dan restoran.
“Padahal kami adalah sarinya dari pariwisata tersebut. Kami sangat menaruh harapan besar terhadap Kemenparekraf untuk mempertimbangkan keseimbangan antara pekerja pariwisata di sektor dan tujuan wisata lainnya,” kata Geindah.
General Manager Marketing & Event GWK Cultural Park Bali, Andre Prawiradisastra, mengatakan, pada saat pandemi GWK sudah menutup destinasi wisatanya sejak Maret 2020 dan saat ini sudah dibuka kembali, namun trafiknya belum seperti sebelum pandemi.
“Rata-rata kunjungan wisatawan ke GWK sebelum pandemi sekitar 2.000 orang per hari pada saat weekday dan 3.000 - 4.000 orang pada saat weekend di luar high season. Sementara, pada saat akhir 2019, GWK sempat mengadakan event kembang api terbesar di Indonesia. Pihaknya menargetkan 10.000 pengunjung, namun ternyata ada 17.000 orang yang datang pada event tersebut,” kata Andre.
Dia menambahkan saat ini GWK sudah dibuka kembali, rata-rata kunjungan wisatawan per hari sekitar 500 - 1.000 orang. Dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru, pihak GWK pun juga melakukan berbagai persiapan dan inovasi, seperti menyediakan hand sanitizer untuk pengunjung yang dibawa oleh dance performance GWK, melakukan check suhu tubuh, tetap menjaga jarak, dan menggunakan masker.