Dia menjelaskan, project film pendek Jangka Kala sendiri bukanlah yang pertama dikerjakannya selama pandemi Covid-19. Namun, ini merupakan pertama kalinya dia mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk memproduksi film pendeknya.
“Ini pertama kalinya kami mendapatkan support dari pemerintah lewat bantuan, dan kami satu-satunya yang berasal dari Malang Raya yang mendapatkan ini,” kata Arfan.
Dia berharap, program ini dapat terus berlangsung untuk memajukan lagi industri perfilman di Tanah Air.
“Semoga bantuan seperti ini bisa menjadi program reguler dan tiap tahun ada, agar teman-teman yang lain juga bisa terbantu menghidupkan lagi ekonominya. Tidak hanya bagi para pekerja film, tetapi juga ekosistem filmnya,” ujar dia.
Sebagai informasi, film Jangka Kala yang diproduseri oleh Arfan merupakan salah satu karya terpilih untuk menerima Bantuan Pemerintah Produksi Film Indonesia kategori Film Pendek dari PEN Film. Jangka Kala menceritakan tentang sepasang nelayan strata bawah yang sedang menantikan buah hati. Pasangan nelayan ini percaya dengan mitos-mitos tentang telur penyu yang diyakini mampu menjaga kandungan sang istri. Tetapi, pasangan ini kemudian berhadapan dengan regulasi konservasi penyu dan perubahan iklim di wilayahnya.
Mengangkat tentang mitos dan lingkungan di Malang, proses produksi film pendek Jangka Kala mengambil lokasi syuting di beberapa destinasi wisata di Malang, Jawa Timur. Di antaranya Pantai Clungup, Pantai Tiga Warna, dermaga perahu Kondang Buntung, dan pelabuhan ikan Sendang Biru.