Namun, di samping tradisi unik ini, pemberian gubuk cinta memiliki makna lain. Tujuan keluarga memberikan gubuk cinta sebagai tempat tinggal baru bagi anak perempuan mereka adalah agar sang anak mendapatkan privasi dan ruang bersosialisasi sendiri dengan lawan jenisnya.
Gubuk cinta juga disebutkan sebagai tempat bagi anak perempuan Suku Kreung untuk mendapatkan pengalaman seksual dengan lawan jenis untuk mencari ‘jodoh’.
Pria yang masuk ke dalam tempat tinggal wanita Suku Kreung ini akan diberi waktu semalam untuk menghabiskan waktu bersama hingga sang anak mendapatkan cinta sejatinya. Dengan seperti ini, perempuan Suku Kreung bebas untuk menikah dengan siapa saja.
Tujuan Gubuk Cinta ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara orangtua membebaskan anak perempuannya untuk memilih tambatan hatinya sendiri. Namun tradisi yang dilakukan oleh Suku Kreung memang tidak awam bagi banyak orang.
Pihak keluarga perempuan mengharapkan dengan tradisi ini anak mereka bisa memilih pasangannya sendiri dan mendapatkan suami terbaik pilihan mereka. Karena para orang tua Suku Kreung yakin setelah anak menginjak usia dewasa maka mereka harus bisa bertanggung jawab dengan perasaan dan urusan hati masing-masing.
Di sisi lain, kaum pria Suku Kreung sudah diajarkan cara memperlakukan wanita dengan sopan dan terhormat. Maka dari itu mereka yang ‘bertamu’ ke dalam Gubuk Cinta ini tidak boleh agresif atau memutuskan tindakan sepihak tanpa ada persetujuan pihak wanita.
Dengan tingkat penghormatan dan tradisi yang selalu mendukung kesetaraan wanita dan pria, Suku Kreung bisa dibilang sebagai bentuk tradisional dari paham feminisme yang sering dibicarakan di dunia yang serba modern ini. Suku Kreung tidak perlu belajar teori bagaimana menghormati wanita dan membiarkan mereka mengambil keputusan atas hak tubuhnya, mereka sudah menerapkan itu sebagai tradisi yang melekat di budaya mereka.