Salah satu yang paling menarik adalah atraksi perang suku, masyarakat dari 40 distrik di Kabupaten Jayawijaya menyajikan atraksi perang dengan narasi, koreografi, juga tampilannya masing-masing.
Dahulu, perang suku di masyarakat memang kerap terjadi yang dipicu sejumlah masalah. Seperti sengketa tanah batas wilayah, persoalan perselingkuhan, dan permasalahan hewan piaraan babi yang dalam bahasa lokal disebut wam.
Namun dengan pendekatan pemerintah setempat, perang sudah tidak lagi terjadi dan Festival Budaya Lembah Baliem inilah yang menjadi wadah bagi masyarakat untuk menampilkan atraksi perang mereka masing-masing. Selain juga wadah untuk memperkenalkan budaya asli bagi generasi muda.
Selain atraksi perang, Festival Budaya Lembah Baliem juga diisi dengan suguhan budaya seperti tari-tarian, kerajinan tangan seperti noken, ukiran kayu, koteka, tombak, sali (rok rumbai kayu), dan lainnya.
Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Tidak hanya wisatawan nusantara, tapi juga wisatawan mancanegara. Berdasarkan data sementara, hari Festival Budaya Lembah Baliem 2024 telah dipadati lebih dari 15 ribu pengunjung. Jumlah ini diharapkan dapat semakin meningkat bahkan melebihi jumlah pengunjung di tahun lalu yang mencapai 50 ribu.