Selain itu, di sekitar juga terdapat rumah-rumah adat Bali yang masih menggunakan anyaman bambu sebagai dindingnya, dan anyaman rumput sebagai atap. Rumah-rumah tersebut juga sebagian menggunakan model panggung untuk memberikan kesan dingin saat cuaca panas, dan hangat ketika udara dingin.
Sama seperti saat ini, masyarakat Bali sejak masa lalu terus menghormati leluhur mereka dengan mengadakan upacara adat di pura yang ada di sana. Terlihat masyarakat membawa makanan yang dirangkai dalam satu wadah sebagai persembahan kepada leluhur.
"Pada awal Maret 1973, kami tiba di Bali, sebuah pulau eksotis yang saat itu masih sangat alami dan jauh dari hiruk-pikuk pariwisata modern. Saat itu, Kuta hanya memiliki 14 losmen, yang bagi kami terasa terlalu ramai turis. Mencari ketenangan dan suasana yang lebih asli, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Legian. Hanya ada 2 losmen, masing-masing dengan 4 kamar basic dengan wc jongkok dan mandi, serta beranda menghadap taman yang rimbun. Pantai ini berjarak sekitar 100 m di luar pohon kelapa tempat sapi berkeliaran. Sempurna!" tulis keterangan dalam unggahan tersebut.
Melihat unggahan tersebut, banyak netizen yang terkesima dengan pesona Bali di masa lalu. Namun, banyak yang merindukan momen tersebut karena pernah merasakannya sejak masa muda.
"Terima kasih banyak untuk foto-foto ini, aku tidak tahu seberapa banyak kita telah berubah, sebagai orang Bali, ada banyak hal yang aku rindukan sejak kecil, foto-foto ini hanya mengingatkanku betapa cantiknya kita saat itu," tulis @rian***.
"Terkadang berpikir, berharap, apakah kita bisa memiliki sesuatu seperti ini sekarang," kata @hen***.
"Pemerintah daerah tidak bisa menghindari konsekuensi masuknya investor asing untuk mengembangkan Bali khususnya tempat wisata seperti Kuta. Siapa yang mau menolak uang," ujar @har***.