Aris mengatakan, di Desa Tambakrejo ini ada sekitar 150 kamar milik seluruh warga. Bila ada tamu datang, maka akan disebar ke seluruh pemilik homestay. Ini untuk memeratakan rezeki bagi seluruh penghuni pemilik homestay.
"Tamunya kita bagi ke seluruh homestay, termasuk para kru film ini," kata mahasiswa semester 8 ini.
Sri Mukti (60) mengaku bersyukur pandemi levelnya sudah mulai turun. Selama pandemi hampir tidak ada tamu yang berkunjung, karena pemerintah memang aksesnya ditutup.
Dibukanya tempat wisata menjadi berkah baginya. Meski kunjungan wisatawan belum seramai sebelum pandemi, namun adanya pengunjung kembali menghidupkan geliat pengelola homestay.
"Kalau dulu setiap Sabtu dan Minggu selalu ramai. Kalau sekarang kita tahu masih dibatasi, jadi ada tamu saja sudah senang," kata ibu dua anak ini.
Dia berharap, setelah warga banyak yang vaksin, tempat wisata kembali dibuka, seperti sebelum pandemi.
"Semoga pandemi segera berakhir ya, pemilik homestay dapat rezeki, pemilik warung juga dapat rezeki," katanya.
Film "Jangka Kala" ini menceritakan tentang isu lingkungan di pesisir Malang Selatan.
Film besutan sutradara Destian Rendra ini mendapatkan bantuan untuk produksi Program Pertumbuhan Ekonomi Nasional (PEN) Film dari Kemenparekraf RI.
Program PEN Film ini bertujuan untuk membangkitkan kembali dunia perfilman di Indonesia. Hampir selama pandemi para penggiat film tidak dapat berproduksi, sehingga memengaruhi perekonomian mereka.