"Saya memasak kolak. Bahan-bahannya ada dari bananacake, ada pisang, tapai singkong, santan, pandan dan nangka. Yang menariknya, kolak ini ada saus gula aren dan rambut nenek. Kemudian, saya tambahkan glukos agar tekstur gula tidak mengkristal dan tetap lembut. Rambut neneknya untuk menambah keunikan. Jadi kolak tidak harus berkuah," kata Axhiang, di sela acara Chef Expo 2019, belum lama ini.
Inspirasi membuat menu ini karena dari kolak tradisional yang selama ini masih dipandang sebelah mata. Maka itu, Chef Axhiang ingin menjadikan kolak naik kelas. Tidak hanya tersedia saat Ramadan saja.
"Kolak memiliki rasa yang lezat tapi sayang hanya keluar saat Ramadan saja. Sangat disayangkan kolak sampai dilupakan. Padahal, kalau kolak bisa disajikan lebih modern, ini bisa disajikan di hotel-hotel sebagai dessert. Untuk rasa juga tidak kalah dengan aslinya. Rasa kolaknya tidak hilang. Bisa diterima di kalangan mana saja. Makanya saya harap, kita sebagai warga Indonesia bisa menghargai kuliner tradisional, salah satunya kolak dan bisa dikenalkan lebih luas," kata Chef Axhiang.
Menurut dia penyelenggaraan Chef Expo ini sangat bagus. Terutama untuk mengangkat kuliner Nusantara lebih dikenal lebih luas. Selain itu, bisa melestarikan kuliner Nusantara dengan segala produk dan teknologi juga mendukung.
Untuk membuat kolak ini, kata Chef Axhiang juga tidak terlalu sulit. Dia hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk mengolahnya. "Untuk mengolahnya hanya 30 menit. Semua adonan kocok hanya butuh waktu 10 menit. Kemudian bahan dipanggang oven selama 15 menit. Untuk bola tapai, kita bisa memasaknya dengan dibalut tepung roti dan digoreng. Rambut nenek bisa didapat di mana saja. Saus caramel mudah dibuat. Jadi bikinnya sangat simpel," katanya.
Tidak hanya berkreasi dengan menu kolak. Chef Axhiang juga tertantang ingin membuat martabak manis dengan toping sambal lingkung khas Bangka. "Ya, rencananya menu ini akan saya kreasikan. Rasanya lezat, gurih, manis, dan pedas dari sambal," tuturnya.