Tidak lama menunggu, sajian kopi Kawa daun datang bersama dengan sepiring gorengan. Uniknya, kopi disajikan dengan batok kelapa sebagai gelasnya dan potongan bambu sebagai penyangganya. Saya pun mencicipi kopi secara perlahan, rasanya seperti teh dan kopi yang dicampur jadi satu. Warna lebih jernih jika dibandingkan kopi dari olahan biji kopi.
Momen itu akan menjadi momen yang terlupakan, sebab dari atas kedai, Gunung Marapi terlihat sangat gagah. Sayangnya, saya tidak dapat mendakinya karena hujan sering turun. Minum Kawa Daun dengan camilan gorengan sangat pas menemani sore yang dingin. Untuk menjadi segelas kopi, daun kopi disangrai selama 12 jam kemudian direbus. Setelah mendidih, air rebusan disaring dan dituang ke dalam batok kelapa.
Setelah kopi habis, kami pun pulang. Namun Roky mengajak saya melewati rute lain dari jalan berangkat. Dia mengajak saya untuk melihat hamparan sawah yang membentang sangat luas.
Menuju pergantian malam, pancaran sinar matahari yang mulai redup terlihat berwarna orange lalu menghitam. Kami merekam momen tersebut dengan kamera. Senja yang telah lama kami tunggu akhirnya terlihat. Sebab selama di sana, saya selalu ingin menikmati senja, namun hujan selalu saja turun. Setelah hari mulai gelap kami pulang.