Selain mengutamakan serifikasi CHSE, Shana menambahkan, ke depan pariwisata akan menuju ke teknologi digital. Dengan memanfaatkan aplikasi Indonesia Care, wisatawan dapat mengetahui destinasi wisata mana saja yang sudah tersertifikasi CHSE atau lokasi mana saja yang merupakan green zone.
“Selain itu, wisatawan juga dapat mengetahui mana saja hotel, kapal-kapal, dan restoran yang sudah mendapatkan sertifikasi CHSE. Ketika terjadi situasi darurat, wisatawan dapat mengklik emergency call dan akan langsung terhubung ke posko terpadu, dilanjutkan langsung ke instansi yang akan melakukan follow up, sehingga respons akan lebih cepat ditanggap. Hal ini dilakukan agar wisatawan merasa aman di manapun mereka berada selama berwisata di Labuan Bajo,” ujar Shana.
Senada dengan Shana, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengatakan, mengingat perkembangan digitalisasi saat ini yang begitu pesat, pariwisata di destinasi super prioritas tidak hanya berfokus pada health, safety, and security, tetapi pariwisata digital yang didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang memadai.
Dia melanjutkan, mulai 2020-2022, Nusa Tenggara Timur akan dibangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki akses internet super cepat, berupa fasilitas 4G di seluruh pusat kota dan desa di destinasi pariwisata.
“Hal ini dilakukan, karena salah satu kunci sukses pariwisata yaitu melibatkan desa-desa atau masyarakat lokal untuk bisa maju bersama dalam membangkitkan pariwisata,”kata Johnny.