Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : TKDN Otomotif Ditingkatkan, Pemerintah Percepat Ekselerasi Industri 4.0
Advertisement . Scroll to see content

23 Juta Pekerjaan Diprediksi Hilang Imbas Industri 4.0, Ini Jalan Keluarnya

Selasa, 02 Mei 2023 - 14:45:00 WIB
 23 Juta Pekerjaan Diprediksi Hilang Imbas Industri 4.0, Ini Jalan Keluarnya
Direktur Celios Bhima Yudhistira. (foto: istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan semakin masifnya perkembangan industri 4.0 membuat 23 juta pekerjaan diprediksi hilang pada 2030.

Menanggapi pernyataan Kadin, Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, hal itu tidak akan terjadi apabila pemerintah mendorong pengusaha untuk menggaet anak-anak bangsa bertalenta agar bisa berkerja di sektor industri. 

Dia mengungkapkan, di era 4.0 dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, mestinya menjadi momentum anak-anak bangsa untuk mengasah kemampuannya untuk menciptakan suatu hal dari sebuah teknologi. Pasalnya, tanpa manusia, teknologi yang ada hanyalah lewat di depan mata. 

"Sebenarnya di saat terjadi pengurangan tenaga kerja akibat khususnya revolusi industri 4.0, di sisi yang lain kan kita harus berfikir siapa yang menjadi pekerja yang menciptakan teknologi itu," ujar Bhima kepada iNews, Selasa (2/5/2023).

"Misalnya, di sektor industri ada robotik, tangan-tangan robot kemudian juga Artificial Intelijen (AI) atau kecerdasan buatan nah itu semua kan harus ada kreatornya, harus ada yang membuat sistemnya. Itu justru menciptakan lebih banyak lagi pekerjaan," kata Bhima. 

Oleh karena itu, Bhima menilai, semestinya pengusaha jangan menakut-nakuti akan terjadi pengurangan tenaga kerja karena transisi ke revolusi industri 4.0. Melainkan pengusaha harus memberikan peluang di sektor apa yang akan tumbuh, misalnya big data, Artificial Intelijen, dan sebagainya. 

"Di sektor robot misalnya dan juga di sektor pengembangan sumberdaya manusianya karena butuh high skill tenaga kerja itu kan ada re-skilling. Jadi akan memunculkan banyak dan itupun sudah di tunjukkan di berbagai studi," ungkap Bhima. 

Dia memaparkan, di negara yang sudah lebih dulu melakukan industri 4.0 seperti Jerman, justru menciptakan surplus permintaan tenaga kerja. Jadi bukan kemudian pasokan tenaga kerjanya berkurang atau permintaannya berkurang namun justru terjadi kenaikan permintaan terutama di sektor industri manufaktur.

Maka dari itu, menurutnya, yang harus disiapkan sekarang adalah peluang apa saja yang terbuka dan bagaimana struktur pasar tenaga kerja Indonesia di mana 60 persen adalah lulusan SMP ke bawah. 

"Itu yang perlu diperhatikan. Kemudian dilakukan percepatan agar keahlian mereka bisa masuk mengisi industri 4.0," tutur Bhima. 

Kemudian, yang kedua, Bhima bilang, pemerintah juga bisa menarik pulang tenaga kerja di luar negeri. Karena diketahui bersama banyak sekali tenaga kerja Indonesia berbakat di luar negeri.

"Diaspora-diaspora itu yang ternyata sekarang pun bekerja di industri 4.0 ditarik pulang aja untuk mengisi industri di Indonesia agar terjadi percepatan transisi justru dengan digitalisasi. Kita masih butuh talenta-talenta digital," kata Bhima.

Di sisi yang lain, lanjutnya, perguruan tinggi, sekolah vokasi, juga harus melakukan kerjasama lebih intens terhadap peluang dan juga keahlian apa yang dibutuhkan di industri 4.0.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut