Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Purbaya Jawab Pernyataan Jokowi terkait Whoosh: Ada Betulnya Sedikit
Advertisement . Scroll to see content

5 Persoalan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Dana Bengkak hingga Minta Diaudit

Kamis, 02 September 2021 - 11:47:00 WIB
5 Persoalan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Dana Bengkak hingga Minta Diaudit
5 persoalan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dana bengkak hingga minta diaudit. (Foto: istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) ditargetkan beroperasi secara komersial pada awal 2023. Namun proyek strategi nasional ini ternyata menghadapi sejumlah persoalan.  

Anggota konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), PT KAI membeberkan sejumlah persoalan yang dihadapi proyek tersebut saat dimintai keterangan oleh Komisi VI DPR. 

"Mengapa kita perlu adanya dukungan pemerintah yang sangat besar, Pak Darmadi (anggota Komisi VI DPR Darmadi Durianto) tadi menyampaikan apakah proyek ini akan dibiarkan mangkrak karena proyek ini adalah proyek antar dua negara yang harus kita jaga," kata Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo dalam RDP bersama Komisi VI, dikutip Kamis (2/9/2021). 

Adapun sejumlah persoalan yang dihadapi KCJB, yakni: 

1. Biaya Bengkak 

KCJB mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) yang diperkirakan antara 3,8 miliar-4,9 miliar dolar AS atau setara Rp54 triliun-Rp69 triliun. 

Awal anggaran KCJB sebesar 6,07 miliar dolar AS. Jumlah tersebut terdiri atas pembiayaan Engineering Procurement Construction (EPC) sebesar 4,8 miliar dolar AS dan 1,3 miliar dolar AS untuk non-EPC. Namun sejak dilakukan kajian dengan bantuan konsultan, perhitungannya justru melonjak hingga 8,6 miliar dolar AS.

Perkiraan konsorsium Indonesia atau PSBI, anggaran KCJB berada di dalam skenario low and high, low mencapai 9,9 miliar dolar AS dan high 11 miliar dolar AS. Artinya, cost overrun yang terjadi dengan skenario tersebut sekitar 3,8-4,9 miliar dolar AS.

2. Penundaan Setoran Modal ke China Development Bank 

KCIC mengajukan penundaan setoran modal dasar sebesar Rp4,3 triliun kepada China Development Bank (CDB). Meski demikian, KCIC belum menerima balasan dari CDB. 

Secara hukum, per 30 Desember 2020 seharusnya setoran modal sudah dilakukan KCIC. Namun, ada pembengkakan biaya, sehingga konsorsium Indonesia mengajukan penundaan setoran hingga Mei 2021.

Secara legal formal, KCIC termasuk konsorsium BUMN seharusnya mendapat event of default atau pelanggaran terhadap kondisi-kondisi yang telah disepakati bersama. Pelanggaran ini berpotensi membatalkan pinjaman yang diberikan CDB kepada KCIC.

3. Komunikasi Antardua Konsorsium Tak Mulus

Didiek mengakui komunikasi antara perwakilan Indonesia dan China tak berjalan mulus. Padahal, pengerjaan PSN tersebut masih panjang. Saat ini, konstruksi proyek baru mencapai 77,9 persen sejak dimulai beberapa tahun lalu. 

"Jadi Bapak pimpinan (DPR) selama ini komunikasi antara pihak Indonesia dengan China itu tidak smooth," ujar Didiek, Rabu (1/9/2021).

4. Permintaan Audit Investigasi 

KAI mendukung usulan Komisi VI untuk dilakukan audit investigasi atas perkara pendanaan proyek. Didiek menyebut, KAI sudah membicarakan opsi tersebut dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN. Di sisi lain, perseroan juga mengusulkan legislator menjadwalkan pertemuan secara tertutup agar persoalan bisa dikaji lebih mendalam.

5. Pemimpin Konsorsium Indonesia

KCIC terdiri dari dua konsorsium, yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium China. Di PSBI, ada sejumlah perusahaan BUMN yang bergabung, yakni PT Wijaya Karya memiliki 38 persen, KAI 25 persen, PT Jasa Marga 12 persen, dan PTPN VIII 25 persen. Jadi, total saham PSBI sebesar 60 persen di KCJB. Sisanya dimiliki konsorsium China.

Namun KAI sebagai BUMN di sektor perkeretaapian sekaligus menjadi anggota di dalamnya menilai Wijaya Karya sebagai pimpinan proyek KCJB kurang tepat. Sebab, perseroan adalah BUMN di sektor konstruksi dan bukan perkeretaapian. Namun, secara aset Wijaya Karya mencatatkan sahamnya paling besar dari KAI, PTPN VIII, dan Jasa Marga.

"Pimpinan bisa membayangkan lead dari pada proyek ini adalah Wijaya Karya itu perusahaan apa? konstruksi. Sekarang yang dibangun apa? Kereta api, orang saya itu orang kereta api, ini diambil konstruksi. Nyambung enggak nih bahasanya," ucap Didiek.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut