7 Desa Miliarder di Indonesia, 2 Terakhir Bukan gegara Jual Tanah
JAKARTA, iNews.id - Masyarakat Indonesia beberapa waktu lalu dikejutkan dengan desa yang warganya menjadi kaya raya. Warga desa tersebut jadi milarder lantaran kampungnya digusur untuk proyek.
Uang ganti rugi dari pembebasan lahan membuat banyak warganya mendadak menjadi kaya. Namun selain karena menjual tanah untuk proyek pemerintah atau BUMN, ada desa yang menjadi kaya karena usaha sendiri maupun gotong royong untuk mengubah nasib mereka menjadi lebih baik.
Berikut sejumlah desa di Indonesia, yang dijuluki desa miliarder, dikutip dari berbagai sumber.
Kampung Sumurgeneng di Kecamatan Jenu, Tuban bikin heboh pada awal 2021 lalu. Itu karena sebagian besar warganya membeli tidak hanya satu tapi 2 hingga 3 mobil setelah mendapatkan uang ganti rugi miliaran rupiah untuk pembebasan lahan dari PT Pertamina untuk pembangunan kilang BBM baru di Tuban.
Pertamina memberikan uang ganti rugi pembebebasan lahan sebesar Rp600.000 hingga Rp800.000 per meter persegi. Rata-rata warga mendapatkan uang ganti rugi lahan sebesar Rp8 miliar. Bahkan ada warga dengan kepemilikan lahan 4 hektare (ha) yang menerima Rp26 miliar.
Warga di Desa Kawungsari, Kecamatan Cibereum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat juga menjadi sorotan publik pada Februari 2021 setelah memborong sepeda motor dan mobil. Mereka membeli kendaraan setelah mendapatkan uang ganti rugi untuk proyek Bendungan Kuningan.
Warga mendapatkan ganti rugi dengan nilai bervariasi, mulai dari Rp300 juta hingga Rp1,3 miliar.
Warga di desa Kapungan dan Karangdureng menjadi salah satu desa miliarder karena ganti rugi dari pemerintah terkait pembangunan jalan tol Yogya-Solo. Rata-rata warga mendapatkan ganti rugi Rp1,5 miliar.
Sejumlah warga dusun Kadirejo 2 dan Tamanggal 2 di Kelurahan Purwomartani, Kapanewon, Kalasan, Sleman juga menjadi kampung yang dijuluki sebagai kampung miliarder. Ini karena warganya juga mendapatkan ganti rugi dari proyek Jalan Tol Yogya-Solo untuk seksi pertama.
Warga mendapatkan ganti rugi Rp200 juta hingga Rp11 miliar. Bahkan warga yang pagarnya kena pembebasan lahan juga mendapatkan ganti rugi Rp15 juta.
Warga Dusun Pundong I, II, III dan IV di Kelurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Selman, DIY mendapat uang ganti proyek Tol Yogya-Bawen. Rata-rata warga mendapatkan uang ganti rugi sebesar Rp2 miliar hingga Rp12 miliar. Uang tersebut mereka gunakan untuk membeli tanah, membangun rumah hingga mobil.
Berbeda dengan desa miliarder lainnya, warga di desa Ciranca, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat kaya karena mayoritas berprofesi sebagai penjual roti bakar Bandung di sejumlah pulau mulai dari Sumatera hingga Papua. Desa yang diapit perbukitan ini banyak berdiri rumah mewah dan masjid modern nan megah. Bahkan, rumah yang dibangun biayanya pun lebih dari Rp1 miliar.
Desa Sekapuk juga berbeda dengan desa miliarder lainnya. Desa yang dulunya miskin itu kini dijuluki desa miliarder berkat kesuksesan BUMDes dan pemerintah desa yang berhasil mengoptimalkan sumber daya alam dan manusia di desa tersebut.
Pendapatan asli desa pada 2020 sebesar Rp3,4 miliar. Pendapatan Desa Sekapuk berasal dari 6 unit usaha yang dikelola BUMDes, yakni Unit Pengolahan Air Masyarakat (PAM), Lembaga Keuangan Multijasa, Unit Kebersihan Desa, Unit Usaha Lahan Garapan Tambang, Unit Pariwisata Desa, dan Unit Sarana dan Prasarana Olahraga Terpadu.
Wisata alam Selo Tirto Giri (Setigi) yang dibangun dari hasil patungan warga juga menjadi primadona. Pendapatan wisata batu kapur ini mencapai Rp5 miliar lebih dengan laba bersih Rp3,2 miliar pada 2020.
Editor: Jujuk Ernawati