Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Banjir Barang asal China, Pemerintah Siapkan Aturan Pembatasan Impor
Advertisement . Scroll to see content

Asosiasi Produsen Serat: Beberapa Pabrik Tekstil Tutup hingga Diobral di Platform Online

Rabu, 31 Mei 2023 - 17:07:00 WIB
Asosiasi Produsen Serat: Beberapa Pabrik Tekstil Tutup hingga Diobral di Platform Online
Asosiasi Produsen Serat sebut beberapa pabrik tekstil tutup hingga diobral di platform online
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, beberapa pabrik tekstil dan pakaian berhenti produksi hingga menutup pabriknya. Ini terjadi karena menurunnya permintaan ekspor akibat pelemahan ekonomi global.

Dia menjelaskan, fenomena penutupan pabrik sudah terjadi sejak kuartal IV 2022, yang berlanjut hingga kuartal I 2023. Bahkan pada kuartal I tahun ini, sudah ada 4 pabrik pakaian jadi yang menutup pabriknya.

"Penutupan pabrik Itu sudah terjadi pada kuartal IV (2022), itu sudah banyak pabrik yang tutup. Kalau kita melihat di platform online, itu sudah ada yang dijual di platform online pabriknya. Kondisi itulah masih berlanjut, ada PHK dan merumahkan karyawan," katanya kepada iNews.id, Rabu (31/5/2023).

Menurutnya, kondisi pasar ekspor saat ini mengalami penurunan permintaan. Di satu sisi, kondisi pasar dalam negeri yang seharusnya menjadi bantalan, justru banyak diisi produk-produk impor

Hal itu menyebabkan pergerakan produk dalam negeri di pasar domestik menjadi terbatas, yang akhirnya banyak pabrik yang menurunkan kapasitas produksi hingga menutup pabrik.

"Kalau yang tutup itu sekitar 3-4 pabrik pada kuartal I, yang banyak, yang mengurangi karyawan," ujarnya.

Renda mengungkapkan, lokasi yang banyak menutup pabrik berada di wilayah Bandung, Pekalongan, Solo, Banten, Tangerang, dan beberapa daerah lain yang menjadi sentra produksi pakaian jadi.

"Hampir di semua daerah tekstil (pabrik tutup). Itu karena mereka orientasi pasar ekspor, tapi kondisi pasar lagi jelek, jadi order mereka sedikit. Di sisi lain, pasar dalam negeri dibanjiri produk impor, jadi kita tidak punya alternatif pasar. Pasar luar negeri susah tapi dibanjiri produk impor, jadi kita tidak bisa berjualan ke mana-mana," tuturnya.

Sementara itu, Renda mengaku belum kembali menerima data jumlah karyawan yang terdampak dari penutupan pabrik tersebut. Namun data terakhir yang sempat dirilis Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pada kuartal IV 2022, ada 100.000 karyawan di-PHK.

"Kalau di kuartal I belum rilis, tapi kita mendapatkan informasi, ada yang 1.200 terkena PHK, ada 5.000 PHK bulan Januari, tapi update 2023 belum ada secara lengkap," ucapnya.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut