Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Purbaya soal Redenominasi Rupiah: Wewenang BI, Bukan Tahun Ini atau 2026
Advertisement . Scroll to see content

BI Harus Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen, Ekonom UI: Antisipasi Potensi Capital Outflow

Rabu, 19 Oktober 2022 - 12:55:00 WIB
BI Harus Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen, Ekonom UI: Antisipasi Potensi Capital Outflow
Bank Indonesia (BI) didorong menaikan suku bunga menjadi 4,75 persen untuk mengantisipasi arus capital outflow.(Foto: ilustrasi/Okezone) 
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) harus menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen pada bulan ini, untuk mengantisipasi potensi aliran modal keluar atau capital outflow.

Pernyataan itu, disampaikan Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, dalam kajian terbaru Divisi Makroekonomi LPEM FEB UI terkait Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada 19-20 Oktober 2022. 

"Sebagai langkah preventif dalam mengantisipasi potensi aliran modal keluar akibat kenaikan suku bunga The Fed bulan depan, BI perlu menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,75 persen dalam RDG (Rapat Dewan Gubernur) bulan ini," kata Teuku Riefky, di Jakarta, Rabu (19/10/2022).  

Dia menjelaskan, pelebaran perbedaan suku bunga yang dihasilkan diharapkan dapat meredam dampak ketidakpastian eksternal pada pasar keuangan dan valuta asing domestik. 

"Menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps akan membantu BI untuk memperlambat arus keluar modal dan mengurangi tingkat depresiasi, yang membantu mengurangi tekanan inflasi dari produk impor," kata Teuku Riefky.

Menurut dia, terlepas dari meningkatnya gejolak di pasar keuangan, kinerja Indonesia mengungguli negara-negara berkembang lainnya, terlihat dari nilai Rupiah yang relatif lebih kuat. 

Hal ini dapat terjadi berkat upaya yang dilakukan BI untuk menjaga stabilitas domestik melalui berbagai langkah, termasuk kenaikan suku bunga selangkah lebih depan, transaksi spot dan DNDF di pasar valuta asing, serta operation twist pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder. 

"Mengingat masih berlanjutnya pengetatan moneter global yang agresif, inflasi domestik yang tetap tinggi, dan surplus perdagangan yang menyusut, capaian BI dua bulan terakhir dapat dijadikan acuan bagi BI untuk tetap berada selangkah lebih depan hingga akhir tahun ini," ujar Teuku Riefky. 

Dia juga menyarankan agar pemerintah Indonesia dapat melakukan berbagai strategi pelengkap, seperti memperluas bantuan sosial, untuk menjaga pemulihan permintaan masyarakat dan optimisme sektor riil terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional. 

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut