Cadangan Mata Uang Asing Merosot, Nepal Batasi Impor Mobil hingga Emas
KATHMANDU, iNews.id - Nepal membatasi impor barang-barang yang tidak penting, seperti mobil, kosmetik, dan emas. Hal ini dilakukan setelah cadangan mata uang asing di negara tersebut merosot.
Dikutip dari BBC, penurunan cadangan mata uang asing terjadi karena penurunan pengeluaran pariwisata dan uang yang dikirim pulang oleh orang Nepal yang bekerja di luar negeri dan membantu menaikkan utang pemerintah.
Sementara itu, gubernur bank sentral, Maha Prasad Adhikari dicopot dari perannya pekan lalu. Menurut bank sentral negara, Nepal Rastra Bank, cadangan mata uang asing turun lebih dari 16 persen menjadi 1,17 triliun rupee Nepal (9,59 miliar dolar AS) atau setara Rp1.377 triliun hingga pertengahan Februari lalu.
Selama periode yang sama, jumlah uang yang dikirim ke Nepal oleh orang-orang yang bekerja di luar negeri turun hampir 5 persen.
Wakil Juru Bicara Bank Sentral, Narayan Prasad Pokharel mengatakan, pihaknya percaya bahwa cadangan mata uang asing negara itu di bawah tekanan.
"Sesuatu harus dilakukan untuk membatasi impor barang-barang non-esensial, tanpa mempengaruhi pasokan barang-barang penting," ujar Pokharel dikutip, Rabu (13/4/2022).
Dia menambahkan, importir diizinkan membawa 50 'barang mewah' jika mereka membayarnya secara penuh. "Ini tidak melarang impor tetapi mengecilkan hati mereka," ucap Pokharel.
Utang pemerintah di Nepal telah meningkat menjadi lebih dari 43 persen dari produk domestik bruto. Hal ini disebabkan para pejabat meningkatkan pengeluaran untuk membantu meredam dampak ekonomi dari pandemi, kata kementerian keuangan Nepal. Kementerian juga mengatakan indikator kesehatan ekonomi negara itu normal.
"Namun karena adanya tekanan di sektor eksternal, beberapa langkah telah diambil untuk mengelola impor dan meningkatkan cadangan devisa," ucap kementerian dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Ekonom Pasar Berkembang di firma riset Capital Economics Alex Holmes mengatakan kepada BBC bahwa situasi di Nepal tampak jauh lebih baik daripada di Sri Lanka.
"Cadangan mata uang asing Nepal adalah dua kali lipat dari yang dianggap minimal nyaman dan utang pemerintah tidak terlalu tinggi. Tentu saja pada akhirnya akan mundur jika defisit transaksi berjalan tidak menyempit. Tapi krisis tampaknya tidak segera terjadi," kata Holmes.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Janardan Sharma mengatakan, utang Nepal lebih rendah dari negara-negara lain di kawasan itu, salah satunya Sri Lanka. Negara kepulauan itu menghadapi krisis ekonomi paling serius sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.
"Saya terkejut mengapa orang membandingkan dengan Sri Lanka," kata dia.
Editor: Aditya Pratama