Cerita Pelaku Industri Kreatif, Berawal dari Ide Liar hingga Komitmen
DENPASAR, iNews.id - Industri kreatif di Indonesia semakin tumbuh dan berkembang saat ini. Masing-masing pelaku memiliki cerita berbeda-beda dalam membangun usahanya. Namun, mereka umumnya berangkat dari imajinasi, ide-ide liar, dan bertahan dengan komitmen untuk menjalankan usahanya meskipun perjalanan tidak selalu mulus.
Hal ini diungkapkan sejumlah pelaku industri kreatif yang berpartisipasi dalam acara Creative Industries Movement yang digelar di Bali Creative Industry Center (BCIC) di Denpasar Bali, Sabtu (1/12/2018).
Salah satunya, Inda Trimafo Yudha yang berbagi kiat-kiat dan tips dalam membangun pabrik cokelat di Bali. Tips tersebut dibagikan kepada sekitar 600 peserta dari mahasiswa dan pelaku industri kreatif.
Menurut dia, untuk membangun industri kreatif yang terpenting, jangan membatasi kreativitas. Dalam hal ini, yang paling utama memiliki imajinasi dan mendorongnya untuk menjadi kenyataan. "Nothing is impossible," ujar Inda.
Inda menekankan pentingnya memulai usaha dengan sepenuh hati. Namun, untuk membangun sebuah industri kreatif, harus didukung dengan business sense.
"Contohnya bagaimana menuangkan itu dalam sebuah proposal bisnis, strategi bisnis, bagaimana menjual itu dan strategi marketing-nya," tuturnya.
Semua itu diungkapkan Inda berdasarkan pengalamannya selama 20 tahun membangun industri kreatif. Meski sekarang dia sangat dikenal dengan pabrik cokelatnya yang dibangun pada 2010 lalu, Inda mengaku telah memulai jauh sebelumnya. Dia membangun industri kreatif yang dikombinasikan dengan industri pariwisata.
"Saya mengawali di dunia pariwisata sudah hampir 20 tahun, karena memang basic sekolah saya hotel management. Di industri pariwisata itulah kita belajar menjadi orang yang kreatif," katanya.
Menurut Inda, kreativitas itu harus didorong agar muncul. Selain itu, orang-orang kreatif membutuhkan ruang atau media untuk menyalurkan kreativitasnya sebab jika tidak akan padam.
"Jadi kalau kita punya ide-ide kreatif, kita harus punya media untuk menuangkan itu. Paling tidak, we start exercising doing hobby kita dulu deh," ucapnya.
Sementara dukungan pemerintah selama ini dinilai sudah baik. Namun, pelaku industri kreatif juga harus menunjukkan kemampuannya agar bisa dikenal pemerintah dan mendapat akses bantuan.
"Memang kita juga harus jemput bola sebagai pengusaha untuk bisa mengeksistensikan diri supaya pemerintah juga tahu kita ada dan kita mohon untuk dibantu," ujarnya.
Sementara salah satu penggagas inidiastudio yang bergerak di animation plus, Prasanti Arya mengungkapkan, keberanian untuk mencoba memulai menjadi kunci paling penting untuk memulai usaha kreatif. Apalagi jika sudah yakin bahwa itu memang passion kita.
Seperti pengalaman Prasanti yang membangun inidiastudio pada awal 2017 bersama tiga temannya. Mereka berempat yang memang berlatar belakang pendidikan animasi, punya passion yang sama untuk mengembangkan animasi dan melihat perkembangannya ke depan akan sangat bagus. Apalagi, mereka bisa memanfaatkan BCIC yang memiliki diklat khusus animasi. Di sini, mereka difasilitasi sejak awal.
"Jadi kami datang ke sini bawa ide dan kami difasilitasi. Nah, animasi di Bali kan masih sedikit. Sementara pemerintah mendirikan diklat animasi di sini. Kami melihatnya itu peluang di Bali untuk membesarkan animasi di Indonesia," katanya.
Kini, usaha inidiastudio sudah berjalan hampir 2 tahun Mereka menjadi animation consultant, animation production, animation service, dan IT development.
"Kami bisa bantu perusahaan men-develop produknya dengan membuat animasi produk sampai strategi-strategi visualnya," ujar lulusan Sekolah Tinggi Desain Bali tahun 2016 ini.
Perempuan kelahiran Badung, Bali 24 tahun lalu ini mendorong generasi milenial lainnya berani memulai usaha seperti dia dan teman-temannya. Generasi muda dipenuhi dengan banyak ide yang terkadang liar, namun kadang-kadang takut untuk memulainya. Ketakutan itu harus dilawan. Nikmati proses yang berjalan, walaupun merintis usaha tidaklah mudah. Jangan mudah menyerah dan jangan takut gagal.
"Kita itu kan anak muda, ide kita itu udah liar banget. Kita punya banyak ide, tapi kadang-kadang kita takut. Belum aja terjun udah takut duluan, kenapa enggak coba aja dulu, mumpung masih muda. Setidaknya kita pernah mencoba dan nanti kita akan merasakan hasil kerja keras itu," katanya.
Kendati demikian, membangun usaha juga butuh komitmen dan konsistensi. Akan ada periode jatuh bangun yang membuat terkadang goyah. Namun, jika meyakini itu sudah menjadi passion dan melihat ada peluang usahanya, bertahanlah dalam kesulitan.
"Menurut saya, bisnis itu stabil kalau sudah lima tahun. Jadi jalanin aja trus, mau kere, kere banget, mau bokek, bokek banget, jalanin aja trus kalau kita memang percaya sama apa yang kita buat. Intinya harus coba dulu, kalau nggak berani coba ya nggak bakal tahu, kayak gitu. Jangan mudah menyerah dan harus punya komitmen, konsisten," katanya
Selain Inda dan Prasanti, sejumlah pelaku industri kreatif yang berpartisipasi dalam acara Creative Industries Movement ini juga mengungkapkan pentingnya keberanian memulai usaha dan komitmen. Beberapa pelaku industri kreatif yang berpartipasi dalam acara ini seperti Dewa Wahyu dengan seller engine-nya yang disebut markethub. Markethub membantu mempermudah transaksi belanja, dan aplikasi mobil rental di Bali.
Sementara Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengajak generasi milenial memanfaatkan gedung inkubasi yang dibangun pemerintah untuk memfasilitasi industri-industri kreatif, seperti BCIC di Bali. Begitu juga dengan inkubator lain di beberapa kota di Indonesia seperti Bandung Techno Park, Incubator Business Center di Semarang, Makassar Technopark, dan Pusat Desain Ponsel di Batam.
"Tempat-tempat ini diharapkan bisa menjadi inspirasi dan aspirasi untuk menumbuhkan dan mengembangkan wirausaha industri baru," ujarnya.
Editor: Rahmat Fiansyah