Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Menaker Yassierli Tegaskan Penyusunan PP Pengupahan Dasar Penetapan UMP 2026 Libatkan Buruh
Advertisement . Scroll to see content

Dampak Buruk akibat Jam Kerja Berlebihan

Senin, 23 Januari 2023 - 07:23:00 WIB
Dampak Buruk akibat Jam Kerja Berlebihan
Dampak buruk akibat jam kerja berlebihan
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pekerja atau buruh yang bekerja dengan jam kerja berlebihan bisa berdampak buruk. Menurut regulasi, waktu kerja pekerja atau buruh sekitar 40 jam seminggu. 

Dalam Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Pasal 77 mengatur tentang jam kerja pekerja atau buruh. Dalam Pasal 77 ayat 1 disebutkan bahwa setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. 

Sementara dalam Pasal 2 dijelaskan, waktu kerja pekerja adalah 40 jam seminggu. Jika sehari 7 jam maka pekerja bekerja selama 6 hari seminggu, sedangkan jika sehari 8 jam maka karyawan hanya kerja 5 hari seminggu.  

"Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi; (a) tujuh jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu, atau (b) delapan jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu," tulis Pasal 77 ayat (2).

Sementara dalam Pasal 78 ayat 1 menyebutkan, pengusaha yang memperkerjakan pekerja atau buruh melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat, di antaranya persetujuan pekerja atau buruh yang bersangkutan. Waktu kerja lembur hanya bisa dilakukan paling lama 4 jam dalam satu hari dan 18 jam dalam 1 minggu. Pekerja yang bekerja lembur pun berhak mendapat upah lembur. 

"Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar Upah kerja lembur," tulis Pasal 78 ayat 2. 

Meski menurut aturan waktu kerja pekerja/buruh sekitar 40 jam seminggu, namun kenyataan di lapangan jauh melampaui angka itu. Padahal bagi pekerja yang bekerja dengan waktu berlebihan bisa memberikan dampak buruk. 

Studi yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menunjukkan kerja lebih dari 55 jam seminggu dapat berdampak negatif pada kesehatan. Menurut penelitian, bekerja lebih dari 55 jam dapat dikaitkan dengan penyakit arteri koroner, suatu kondisi nyeri dada berulang atau ketidakyamanan dan stroke.

Dikutip dari Cleveland Clinic, bekerja terlalu banyak dapat memengaruhi kesehatan. Jika terlalu banyak kerja, kadar kartisol atau hormon stres akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan kabut otak, tekanan darah tinggi, dan sejumlah masalah kesehatan lainnya. 

"Ini seperti mobil yang mencoba berjalan dengan jumlah bensin yang sangat terbatas di dalam tangki. Kami mengharapkan diri kami untuk tampil secara fisik dan kognitif pada tingkat yang tinggi tetapi pada kenyataannya, cadangan kami terkuras habis," kata Psikolog Adam Borland, PsyD. 

Selain masalah kesehatan, dampak umum dari jam kerja berlebihan, yakni tidak cukup tidur. Padahal tidur bisa meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Karena itu, kurang tidur akan memengaruhi cara seseorang mengatasi stres, menyelesaikan masalah atau pulih dari penyakit. 

Selain itu, jika bekerja berlebihan, akan menyebabkan seseorang mungkin akan lupa atau telat makan. Hal itu dapat menyebabkan kadar gula darah turun, energinya menjadi rendah dan bahkan kemungkinan makan makanan yang tidak sehat di kemudian hari.

Di samping itu, banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan juga akan membuat Anda melupakan olahraga. Padahal olahraga 75-150 menit setiap minggu bisa membantu mencegah depresi, menurunkan tekanan darah, membantu mengontrol gula darah, serta mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes. 

Terlalu banyak bekerja hingga melupakan liburan juga berdampak kurang baik bagi kesehatan. Memiliki waktu bersama keluarga, pasangan atau seseorang dapat membantu mengatasi kesepian, mempertajam ingatan, dan keterampilan kognitif sekaligus meningkatkan rasa bahagia dan sejahtera.

Dampak buruk lain yang mungkin bisa menimpa seseorang karena kerja berlebihan adalah beralih ke narkoba atau alkohol.

"Tidak jarang orang beralih keobat-obatan ketika mereka merasa kewalahan atau ketika mereka merasa hanya perlu memutuskan hubungan," ucap Dr. Borland.

Penyalahgunaan zat dapat menyebabkan penurunan produktivitas, peningkatan cedera fisik saat bekerja. Selain itu, memengaruhi kemampuan untuk berkonsentrasi dan fokus.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut