Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bahlil Beberkan Jurus Pemerintah Hadapi Potensi Kenaikan Harga Minyak Dunia
Advertisement . Scroll to see content

Dibayangi Resesi Ekonomi, Harga Minyak Mentah Dunia Terkoreksi

Senin, 20 Juni 2022 - 10:28:00 WIB
Dibayangi Resesi Ekonomi, Harga Minyak Mentah Dunia Terkoreksi
Dibayangi resesi ekonomi, harga minyak mentah dunia terkoreksi. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

NEW YORK, iNews.id - Harga minyak mentah dunia pada perdagangan awal pekan di sesi Asia, Senin (20/6/2022) mengalami koreksi karena dibayangi resesi ekonomi

Data bursa ICE mencatat minyak brent kontrak Agustus 2022 susut 0,54 persen menjadi 112,51 dolar AS per barel. Sedangkan brent September 2022 turun 0,55 persen menjadi 109,78 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) Juli 2022 terkoreksi 0,51 persen menjadi 109 dolar AS per barel, sedangkan kontrak Agustus 2022 melemah 0,4 persen menjadi 107,55 dolar AS per barel.

Analis menilai, pasokan minyak yang ketat masih mengkhawatirkan pasar di tengah ancaman resesi global yang dinilai dapat mengurangi permintaan.

"Selain itu, secara fundamental pasar minyak juga masih ketat di tengah perlambatan produksi Rusia," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Senin (20/6/2022).

Produksi minyak Rusia dinilai masih berada di luar jangkauan permintaan sebagian besar pasar global, akibat adanya sanksi Barat.

Dampak tersebut sebelumnya telah dimitigasi dengan strategi pelepasan cadangan minyak strategis, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, serta peningkatan produksi dari negara-negara pengekspor minyak bumi dan mitranya (OPEC+), meski hal itu dinilai masih belum mampu mengatasi masalah pasokan lebih lanjut.

"Jika Washington tetap dalam kebijakannya saat ini, cadangan strategis AS akan mencapai level terendah selama 40 tahun mecapai 358 juta barel pada Oktober mendatang," ujar ANZ.

Di tengah keraguan analis, produksi minyak dan gas AS justru dilaporkan meningkat. Data perusahaan jasa energi Baker Hughes Co melaporkan jumlah rig minyak dan gas, sebuah indikator awal untul melihat produksi di masa depan, naik sebanyak tujuh unit menjadi 740 per 17 Juni, tertinggi sejak Maret 2020.

Di Libya, produksi minyak tetap masih bergejolak menyusul krisis politik domestik. Menteri Perminyakan Libya Mohamed Oun mengatakan, total produksi negara itu sekitar 700.000 barel per hari (bph). Pekan lalu, produksi minyak Libya berada pada 100.000-150.000 bph.

Dari daratan Asia, nilai ekspor produk minyak dari China dilaporkan terus menurun, mengingat kebijakan pembatasan baru akibat Covid-19 dikhawatirkan mengganggu konsumsi minyak.

Ekspor bensin di negara itu pada Mei 2022 anjlok 45,5 persen yoy dan ekspor solar merosot 92,7 persen yoy. Data bea cukai China menunjukkan berkurangnya permintaan domestik juga sejalan dengan pengurangan kuota ekspor perusahaan.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut