Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Shopee Rayakan Satu Dekade: Fuji hingga Batik Kanthil Meriahkan Puncak 12.12 Birthday Sale
Advertisement . Scroll to see content

Dikukuhkan sebagai Guru Besar UI, Komisaris BRI Tekankan Pentingnya Kolaborasi untuk Majukan UMKM

Sabtu, 13 Maret 2021 - 10:48:00 WIB
Dikukuhkan sebagai Guru Besar UI, Komisaris BRI Tekankan Pentingnya Kolaborasi untuk Majukan UMKM
Komisaris PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), Rofikoh Rokhim dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). (Foto: Ist)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Komisaris PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), Rofikoh Rokhim dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Sabtu (13/3/2021). Dia menekankan pentingnya kolaborasi lembaga keuangan untuk memperluas akses pelaku UMKM dan ultra mikro dalam mendapatkan pembiayaan.

Dalam pidato berjudul Perbankan dan Keuangan Sosial: Aspek Berkelanjutan untuk Kesejahteraan, dia menyoroti pentingnya penerapan nilai keberlanjutan (sustainability) dilakukan lembaga keuangan khususnya bank dengan menyalurkan pembiayaan untuk UMKM. Pemberian kredit bagi pelaku UMKM akan berdampak pada naiknya tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia.

Hingga 2019, tingkat inklusi keuangan masyarakat di Indonesia baru mencapai 76,19 persen. Angka ini dirasa masih kurang, dan perlu ditingkatkan dengan salah satunya melalui jalur pembiayaan secara luas kepada pelaku UMKM dan ultra mikro.

“Angka ini menunjukkan bahwa belum semua penduduk Indonesia dapat menikmati akses jasa keuangan, dan sebagian di antaranya bisa jadi merupakan pelaku UMKM. Padahal salah satu penentu keberlangsungan suatu usaha adalah kemampuannya memperoleh akses permodalan yang terjangkau. Data menunjukkan, bahwa UMKM mendapatkan pembiayaan dari perbankan sebesar Rp1.091 triliun pada bulan Desember 2020, yaitu masih sekitar 25 persen dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan,” kata Rofikoh, Sabtu.

Dia menyebut ada empat penyebab sulitnya UMKM mendapat akses pembiayaan formal selama ini. Pertama, adanya information opacity (kekurangan informasi) karena UMKM biasanya tidak masuk audit lembaga perbankan, minim menggunakan teknologi, dan asetnya tidak dijamin.

Kedua, ada information asymmetry yang berujung pada terjadinya credit rationing dari bank. Rasionalisasi kredit menyebabkan banyak pelaku UMKM yang dibebankan biaya pembiayaan tinggi oleh bank, untuk mengantisipasi potensi default dari debitur.

Kemudian ketiga, adanya kondisi granularity yakni karakter pembiayaan UMKM yang selama ini banyak tapi tersebar kecil-kecil. Keempat, meningkatnya monitoring cost perbankan untuk mengawasi pembiayaan granular, sehingga mengurangi efisiensi lembaga keuangan.

“Hal ini menuntut transformasi antar lembaga-lembaga yang ada dalam industri keuangan di Indonesia, untuk lebih meningkatkan kolaborasi demi penguatan jejaring perbankan kepada sektor UMKM. Penyaluran kredit kepada UMKM ini tidak cukup hanya dilakukan oleh sektor perbankan, melainkan juga berbagai lembaga, di antaranya Permodalan Nasional Madani (PNM) dengan produk ultra mikro (UMi) Mekaar secara berkelompok kepada lebih dari 8 juta wanita dari keluarga pra-sejahtera. Pegadaian juga penyaluran pembiayaan UMi kepada sekitar 219 ribu nasabah. Bahana Artha Ventura juga sekitar 270 ribu nasabag UMi,” tuturnya.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut