Divisi Sepeda Motor Listrik Harley Berencana IPO via SPAC Senilai Rp25,35 Triliun
JAKARTA, iNews.id - Divisi sepeda motor listrik Harley-Davidson Inc (HOG.N), LiveWire akan melaksanakan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) melalui merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC). Adapun aksi korporasi ini disebut senilai 1,77 miliar dolar AS atau setara Rp25,35 triliiun.
Dikutip dari Reuters, kesepakatan dengan AEA-Bridges Impact Corp (IMPX.N) akan didanai oleh kas perusahaan cek kosong senilai 400 juta dolar AS yang disimpan dalam kepercayaan dan investasi 100 juta dolar AS lainnya masing-masing dari Harley dan KYMCO.
Harley merupakan produsen otomotif terbaru yang akan IPO pada industri kendaraan listrik. Bulan lalu, produsen kendaraan listrik yang didukung Amazon, Rivian (RIVN.O) melesat melewati penilaian 100 miliar dolar AS dalam debut pasarnya setelah salah satu IPO raksasa dunia pada tahun 2021, melampaui Ford dan General Motors.
Adapun beberapa pemain terkemuka lainnya di sektor ini juga telah bergabung dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus untuk go public.
Kesadaran yang lebih luas tentang perubahan iklim membuka jalan bagi pembuat mobil untuk memproduksi kendaraan yang lebih hijau di sektor yang telah dikuasai Tesla. Saham Harley naik 11,3 persen dalam perdagangan premarket, sedangkan saham AEA-Bridges naik 3,4 persen.
CEO Harley Davidson, Jochen Zeitz akan menjadi ketua LiveWire hingga dua tahun setelah penyelesaian kesepakatan IPO. Harley-Davidson akan mempertahankan kepemilikan saham di perusahaan sekitar 74 persen dan pemegang saham ABIC akan memiliki sekitar 17 persen.
LiveWire diharapkan akan terdaftar di Bursa Efek New York dengan kode saham LVW.
Awal tahun ini, Harley meluncurkan sepeda motor listrik pertamanya dari merek LiveWire dengan harga 22.000 dolar AS, dalam sebuah langkah yang ditujukan untuk pengendara yang lebih muda dan lebih sadar lingkungan.
Berkurangnya minat pada sepeda motor sebagai kegiatan rekreasi serta harga sepeda motor Harley yang harganya bisa sama dengan harga mobil, telah merugikan upaya perusahaan untuk merayu pengendara yang lebih muda.
Editor: Aditya Pratama