Ekonomi AS Kuartal I Berkontraksi Lebih dari yang Dilaporkan
WASHINGTON, iNews.id - Ekonomi Amerika Serikat (AS) menyusut pada laju tahunan sebesar 1,6 persen pada kuartal I 2022. Ini mencerminkan kontraksi yang lebih dalam dari yang dilaporkan sebelumnya.
Perkiraan ketiga dan terakhir Biro Analisis Ekonomi (BEA) dari PDB kuartal I yang dirilis Rabu (29/6/2022) pagi waktu setempat menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen secara tahunan, lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya sebesar 1,5 persen.
Kuartal terakhir menandai penurunan pertama PDB sejak kuartal II 2020, pandemi Covid-19 menjungkirbalikkan ekonomi global. Pada kuartal IV 2021, PDB riil meningkat 6,9 persen.
"Pembaruan terutama mencerminkan revisi ke bawah untuk pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang sebagian diimbangi oleh revisi ke atas untuk investasi inventaris swasta," kata BEA dalam siaran persnya, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (30/6/2022).
Pengeluaran konsumsi pribadi naik 1,8 persen, dibandingkan dengan peningkatan 3,1 persen yang dilaporkan sebelumnya.
Sementara laporan PDB terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Itu diakibatkan melonjaknya defisit perdagangan barang AS di tengah gangguan rantai pasokan yang parah yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Pengeluaran konsumen, walau direvisi ke bawah, masih naik pada tingkat moderat meskipun inflasi tinggi selama beberapa dekade. Komponen tersebut mewakili sekitar dua pertiga dari aktivitas domestik.
BEA menunjuk pada pergeseran pengeluaran untuk layanan, yang dipimpin oleh perumahan, utilitas dan layanan lainnya. Sementara untuk barang, konsumen menghabiskan lebih sedikit barang-barang tidak tahan lama seperti bahan makanan dan bensin serta lebih banyak lagi untuk barang tahan lama, dipimpin oleh kendaraan bermotor dan suku cadang.
Perkiraan awal BEA untuk PDB kuartal II tahun ini yang akan keluar pada 28 Juli mendatang mungkin menunjukkan gambaran yang berbeda. Pasalnya, rekor harga tertinggi mulai membebani konsumen AS.
"Ekonomi perlahan meluncur ke arah pelemahan karena konsumen membeli lebih sedikit untuk menjaga PDB tetap bertahan," kata Kepala Ekonom FWDBONDS Christopher Rupkey dalam sebuah catatan.
Editor: Jujuk Ernawati