Fakta-fakta 7 BUMN yang Bakal Ditutup Erick Thohir, Ada yang Karyawannya Cuma 7 Orang
3. PT Industri Gelas (Persero)

PT Industri Gelas atau PT IGLAS (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kemasan gelas, khususnya botol. Perusahaan ini didirikan pada 29 Oktober 1956 dan beroperasi pertama kali pada 1959.
PT Industri Gelas mampu memproduksi berbagai jenis botol dengan total kapasitas 340 ton per hari atau 78.205 ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan industri bir, minuman ringan, farmasi, makanan, dan kosmetika.
Namun seiring dengan penggunaan plastik sebagai kemasan botol, PT Industri Gelas mulai sepi order, hingga pabriknya tak lagi berproduksi sejak 2015.
Merujuk laporan PPA, aset PT Iglas hanya Rp 188,69 miliar, sedangkan utangnya mencapai Rp 318,99 miliar, pada 2008. Perusahaan mencatatkan rugi sebesar Rp 86,26 miliar.
4. PT Istaka Karya (Persero)

PT Istaka Karya (Persero) adalah BUMN yang bergerak di bidang konstruksi. Perusahaan ini sebelumnya bernama PT ICCI (Indonesian Consortium of Construction Industries) dan merupakan suatu konsorsium yang beranggotakan 18 perusahaan konstruksi Indonesia.
Istaka Karya mengalami masa-masa berat sebelum 2013. Berdasarkan laporan PT PPA, saat itu operasional perusahaan sempat berhenti. Perseroan juga dalam proses menghadapi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di pengadilan, dan sebagian besar karyawan telah dirumahkan.
Pada 2011, perusahaan mengalami kerugian Rp 275 miliar, ekuitas negatif Rp 656 miliar, dan tidak memiliki likuiditas dan dukungan dana. Pada 2013 hingga 2017, PPA masuk ke Istaka Karya untuk menyelamatkan perusahaan.
Upaya PPA selama kurang lebih empat tahun berdampak positif pada perseroan di 2018. Saat itu, aset perusahaan tercatat Rp 449 miliar, utang Ro 278 miliar, ekuitas positif Rp 170 miliar. Perusahaan juga berhasil meraup pendapatan Rp 248 miliar dan laba bersih Rp 21 miliar, serta memenuhi kewajiban membayar utang ke PPA.
Saat ini, Istaka Karya masih menggarap beberapa proyek. Meski demikian, Menteri BUMN memutuskan Istaka Karya akan ditutup dan sebagian besar karyawannya dipindahkan ke PT Nindya Karya.
5. PT Kertas Kraft Aceh (Persero)

PT Kertas Kraft Aceh (Persero) mulai beroperasi pada 1983 di Lhokseumawe, Aceh Utara. Adapun tujuan awal KAA didirikan dalam rangka swasembada kertas kantong semen.
Produsen pembungkus semen dari Aceh ini terpaksa berhenti beroperasi sejak 2007 karena kesulitan mendapat bahan baku dan gas, juga masalah keuangan.
Pada 2010, lima BUMN yang terdiri dari PT Semen Gresik, PT Bukit Asam, Perum Perhutani, PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA) dan PT Kertas Kraft Aceh, sepakat bersinergi untuk menghidupkan kembali operasional perseroan.
Pada 2012, dibahas rencana pengoperasian pembangkit listrik di PT lertas Kraft Aceh dalam rangka program KSO dengan PLN. Pada 2014, PT klertas Kraft Resmi menyuplai listrik ke PLN.
Pada 2015, dalam kunjungan ke Aceh, Presiden Joko Widodo yang merupakan mantan karyawan PT Kertas Kraft Aceh menyampaikan keinginkan agar perusahaan itu beroperasi kembali.