Ganjar Pranowo Kunjungi Pabrik Rokok: Kita Jaga Hubungan Industri yang Positif
JAKARTA, iNews.id - Calon Presiden Ganjar Pranowo berkunjung ke pabrik rokok kretek di Malang, Jawa Timur pada Jumat (13/10/2023). Tujuan kunjungan ini untuk mempererat hubungan dan mendengarkan pandangan serta saran dari para pekerja pabrik rokok tersebut.
Dalam kunjungannya itu, Ganjar menekankan pentingnya menjaga kelangsungan industri seperti ini agar tetap memberikan peluang pekerjaan kepada masyarakat.
“Kita akan menjaga hubungan industri yang positif, sehingga kesempatan pekerjaan ini benar-benar dapat dipertahankan,” kata Ganjar kepada para pekerja pabrik.
Kendati demikian, Ganjar juga mengakui bahwa diperlukan kerja sama dari semua pihak untuk mencari solusi yang tepat agar industri tembakau dapat bertahan dalam konteks isu pengaturan produk tembakau yang saat ini tengah dibahas dalam beberapa pasal.
Diketahui saat ini Pemerintah tengah menggodok Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) sesuai dengan mandat dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Salah satu fokus dalam RPP yang sedang dibahas adalah pengendalian zat adiktif dalam produk tembakau sesuai dengan ketentuan Pasal 152 UU tersebut.
“Tentu kita terus berupaya mencari solusi terbaik, bagaimana industri rokok dapat bertahan, walaupun saat ini regulasinya menjadi semakin kompleks karena persaingan global yang tengah berlangsung,” ucapnya.
Lantas bagaimana fakta sesungguhnya dari industri rokok di Indonesia yang dikatakan Ganjar? Berikut ini adalah beberapa faktanya.
Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang telah diaudit, terdapat peningkatan signifikan dalam realisasi pendapatan dari cukai hasil tembakau di Indonesia. Pada tahun 2011, pendapatan tersebut hanya mencapai sekitar Rp73,3 triliun, sementara pada tahun 2021, realisasi pendapatan dari cukai tembakau mencapai Rp188,8 triliun.
Tidak tanggung-tanggung, secara kumulatif, selama periode 2011-2021 telah terjadi peningkatan sebanyak 157 persen dalam realisasi pendapatan dari cukai hasil tembakau atau setara dengan sekitar 2,5 kali lipat pertumbuhan.
Bahkan, penerimaan cukai hasil tembakau pada semester pertama tahun 2022, angkanya telah mencapai Rp118 triliun, menunjukkan pertumbuhan sebesar 33,3 persen dibandingkan dengan semester pertama tahun sebelumnya.
Meskipun terjadi peningkatan pendapatan negara sebagai dampak dari kenaikan cukai, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah menjelaskan bahwa tujuan utama cukai rokok adalah untuk mengurangi jumlah perokok dan memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat.
Menurut laporan resmi dari World of Statistics yang dirilis pada 20 Agustus 2023, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah pengisap rokok terbanyak di seluruh dunia. Data dalam laporan tersebut mengungkapkan bahwa jumlah perokok di Indonesia mencapai 70,5 persen dari populasi negara ini.
Selain itu, dalam laporan tersebut, negara dengan persentase perokok terbesar kedua adalah Myanmar dengan 70,2 persen, diikuti oleh Bangladesh dengan 60,6 persen.
Posisi berikutnya ditempati oleh Chili (49,2%), China (47,7%), Afrika Selatan (46,8%), Yunani (45,3%), Sri Lanka (43,2%), Malaysia (42,7%), dan Thailand di posisi ke-10 dengan (42,5%).
Namun, apabila melihat dari jumlah penduduk jelas Indonesia tetap menempati posisi teratas sebagai negara dengan tingkat konsumsi rokok terbesar di dunia. Sementara itu, data dari Dirjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Indonesia, menunjukan bahwa terjadi penurunan jumlah konsumsi rokok di tahun 2020.
Dari sebelumnya tahun 2019 mencapai 356,5 miliar batang, menjadi 322 miliar batang. Hal ini disinyalir karena ada peningkatan tarif cukai rokok.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Aliansi menyebut ada sekitar 6 juta orang yang berada dalam ekosistem rokok. 6 juta orang tersebut mulai dari petani tembakau, cengkeh, hingga para pekerja di pabrik. Sementara itu, Direktorat P2PTM Kemenkes pada tahun 2018 mencatat, bahwa industri rokok menyediakan pekerjaan bagi sekitar 6,1 juta orang.
Di antara mereka, terdapat sekitar 1,8 juta petani tembakau dan cengkeh yang terlibat dalam produksi bahan baku untuk industri rokok. Selain itu, wilayah Jawa dan Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan sentral bagi para petani tembakau.
Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 10.000 Kepala Keluarga petani tembakau. Itulah 3 fakta mengenai kondisi industri rokok di Indonesia.
Berkaca dari 3 fakta tersebut, industri rokok di Indonesia memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan di berbagai wilayah di Indonesia, terutama bagi para petani tembakau dan pekerja sektor ini.
Gagasan Ganjar Pranowo untuk bisa berkolaborasi dan bersinergi agar tetap menjaga industri rokok di Indonesia tetap hidup meskipun ada aturan baru tentu perlu diapresiasi dan dipertimbangkan.
Editor: Puti Aini Yasmin