Gelombang PHK Berlanjut, Giliran Accenture Pangkas 19.000 Karyawan

Jumat, 24 Maret 2023 - 20:27:00 WIB

Perusahaan jasa profesional multinasional asal Irlandia, Accenture melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 19.000 karyawannya. (Foto: Reuters)

DUBLIN, iNews.id - Perusahaan jasa profesional multinasional asal Irlandia dengan spesialisasi pada layanan dan konsultasi teknologi informasi (TI), Accenture melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 19.000 karyawannya atau sekitar 2,5 persen dari total tenaga kerjanya.

Hal ini dilakukan karena adanya penurunan prospek pendapatannya untuk tahun fiskal 2023 yang tadinya diproyeksikan akan terjadi pertumbuhan antara 8-11 persen, sekarang turun menjadi 8-10 persen. Perusahaan pun memutuskan untuk merampingkan diri di tengah-tengah ekonomi yang bergejolak.

Baca Juga

IAP Beberkan Sederet Tantangan Ini Tengah Dihadapi Ahli Perencanaan

"Perusahaan tetap fokus untuk melaksanakan transformasi terkompresi," ujar Kepala Eksekutif Accenture, Julie Sweet dikutip dari Reuters, Jumat (24/3/2023).

Dengan pemangkasan tersebut, perusahaan berusaha untuk mengurangi beban 1,2 miliar dolar AS untuk menggaji para karyawannya, sehingga prospek saham Accenture bisa kembali naik di perdagangan bursa Wall Street, dengan laba per saham diperkirakan melonjak di kisaran 10,84 dolar AS hingga 11,06 dolar AS.

Baca Juga

Raksasa Ritel AS, Walmart PHK Ratusan Karyawan

Kenaikan suku bunga dan perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan seluruh dunia memang menempatkan perusahaan teknologi pada posisi yang sulit.

Baca Juga

Amazon Bakal Kembali PHK 9.000 Pekerja

Sejak akhir tahun lalu, sektor teknologi telah memberhentikan ratusan ribu karyawan karena penurunan permintaan yang disebabkan oleh inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga.

Rival Cognizant Technology Solutions pada bulan lalu mencatatkan perlambatan pertumbuhan dalam pemesanan atau kesepakatan proyek-proyek tertentu. Kemudian, IBM Corp dan perusahaan layanan TI top India Tata Consultancy Services juga telah menandai pelemahan di Eropa, dimana perang Ukraina telah mempengaruhi pengeluaran klien terhadap perusahaan tersebut.