Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Harga Minyak Mentah RI ICP Turun Jadi 66,07 Dolar AS per Barel
Advertisement . Scroll to see content

Harga Minyak Mentah Melemah Imbas Kenaikan Kasus Covid-19 di China

Senin, 21 November 2022 - 12:08:00 WIB
Harga Minyak Mentah Melemah Imbas Kenaikan Kasus Covid-19 di China
Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan awal pekan. 2 kontrak minyak Brent dan West Texas Intermediate turun ke level terendah dalam dua bulan. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (21/11/2022). Dua kontrak minyak Brent dan West Texas Intermediate turun ke level terendah dalam dua bulan terakhir, menyusul sejumlah sentimen terhadap pasar, termasuk kenaikan kasus Covid-19 di China.

Data perdagangan Intercontinental Exchange (ICE) menunjukkan Brent turun 0,3 persen di 87,34 dolar AS per barel, sebelum kemudian tertekan lebih jauh hingga 86,77 dolar AS per barel hingga pukul 11:28 WIB. 

Kemudian, West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) anjlok di bawah 80 dolar AS per barel, menetap di level 79,47 dolar AS per barel atau terkoreksi 0,80 persen.

Penurunan hari ini menandai tekanan bertubi-tubi di pasar minyak, sehingga membuat kinerja mingguan mereka rontok hampir 10 persen, sebagaimana dilansir Reuters dan Investing, Senin (21/11/20022).

Seperti dikabarkan, China baru saja mengumumkan kematian akibat virus corona yang pertama kalinya dalam enam bulan terakhir. Kenaikan kasus Covid-19 mengundang langkah-langkah penguncian baru di beberapa kota terbesar di negara itu. 

Hal ini kemudian meningkatkan kekhawatiran atas melambatnya permintaan minyak mentah dari importir minyak terbesar dunia itu.

Sebuah laporan awal bulan ini mengatakan beberapa penyuling China meminta produsen Saudi, Aramco untuk mengurangi pasokan minyak pada bulan Desember ke negaranya. China juga telah meningkatkan kuota ekspor bahan bakar olahan mereka, yang berpotensi menghadirkan surplus stok minyak mentah karena berkurangnya permintaan.

Dari Amerika Serikat (AS), sinyal hawkish dari Federal Reserve mendorong kekhawatiran akan potensi resesi. Sejumlah komentar dari pejabat The Fed sebelumnya menegaskan bahwa kenaikan suku bunga masih akan terus berlanjut sampai inflasi mendekati kisaran targetnya.

Sentimen ini mendongkrak dolar di pasar, yang membuat mahal bagi para pemegang mata uang lainnya, sehingga ditakutkan ada penurunan permintaan. Pasar saat ini tengah menanti risalah pertemuan November Fed pada akhir pekann ini yang akan menjelaskan lebih lanjut tentang jalur kebijakan moneter AS.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut