Harga Minyak Mentah Melesat dalam Sepekan Imbas Ketegangan di Timur Tengah
HOUSTON, iNews.id - Harga minyak mentah dunia melesat pada perdagangan sepekan pertama di 2024 imbas ketegangan di Timur Tengah. Harga komoditas tersebut tercatat rebound pada perdagangan akhir pekan saat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memulai operasi selama seminggu di Timur Tengah dalam upaya menahan ketegangan regional yang dipicu oleh konflik Israel-Hamas.
Mengutip Reuters, harga minyak berjangka Brent pada akhir pekan ditutup menguat 1,17 dolar AS atau 1,51 persen menjadi 78,76 dolar per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melesat 1,62 dolar AS atau 2,24 persen di 73,81 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent dan WTI dalam sepekan masing-masing menguat 2,3 persen dan 3 persen.
Harga minyak mentah pada perdagangan akhir pekan tercatat rebound dari hari Kamis dipicu oleh peningkatan besar dalam stok bensin dan sulingan AS, dan kedua tolok ukur tersebut mengakhiri minggu pertama tahun ini dengan lebih tinggi.
“Dengan adanya ketegangan di Timur Tengah, premi perdagangan geopolitik harus didorong lebih tinggi. Sulit bagi para pedagang untuk melawan berita utama," ujar partner di Again Capital, John Kilduff dikutip, Minggu (7/1/2024).
Bank of America menyampaikan, pihaknya mengambil sikap defensif terhadap stok minyak karena perkiraan harga minyak dalam jangka panjang. Mereka memperkirakan kisaran harga minyak Brent sebesar 70 dolar AS hingga 90 dolar AS per barel sejak OPEC+ melakukan intervensi untuk mempertahankan harga dan menyebut bahwa kurva minyak belakangan ini merupakan hambatan bagi nilai komoditas tersebut.
Perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes menyebut bahwa jumlah rig pengeboran aktif, gabungan rig minyak dan gas alam, turun satu rig pada minggu lalu menjadi 621, penurunan ketiga dalam empat minggu. Jumlah rig pengeboran minyak mentah bertambah satu menjadi 501, sementara rig pengeboran gas alam turun dua menjadi 118.
Kelompok spekulan memangkas posisi gabungan kontrak berjangka dan opsi di New York dan London sebanyak 33,051 kontrak menjadi 51,215 selama periode tersebut.
Editor: Aditya Pratama