Harga Minyak Mentah Menguat dalam Sepekan, Ini Pendorongnya
LONDON, iNews.id - Harga minyak mentah menuju kenaikan mingguan dalam tiga minggu. Hal ini dipengaruhi indikator ekonomi dari konsumen besar China dan Amerika Serikat (AS) mendukung harapan akan permintaan yang lebih tinggi.
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent naik 1 sen atau 0,01 persen menjadi 83,28 dolar AS per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 5 sen atau 0,06 persen menjadi 79,28 dolar AS per barel pada perdagangan, Jumat (17/5/2024).
Brent berada di jalur kenaikan sekitar 0,6 persen dari Jumat lalu, sementara WTI mengalami peningkatan sebesar 1,3 persen.
Adapun, data output industri China naik 6,7 persen tahun-ke-tahun di bulan April seiring dengan semakin cepatnya pemulihan sektor manufaktur. Angka ini naik dari 4,5 persen di bulan Maret dan menunjukkan kemungkinan permintaan yang lebih kuat di masa depan. China juga mengumumkan langkah-langkah besar untuk menstabilkan sektor properti yang terkena krisis.
Tamas Varga dari pialang minyak PVM menyebut, meskipun data China dan serangan lain terhadap infrastruktur minyak Rusia dapat mengerek harga, minyak belum menunjukkan pemulihan yang meyakinkan dari kemerosotan baru-baru ini.
“Kurangnya antusiasme yang jelas mungkin disebabkan oleh lemahnya permintaan produk yang menekan margin penyulingan,” ucap Varga.
Adapun, pihak berwenang berhasil memadamkan kebakaran yang terjadi di kilang minyak Tuapse Rusia setelah serangan pesawat tak berawak Ukraina, menurut pejabat di wilayah Krasnodar.
Penurunan persediaan minyak dan produk olahan di pusat perdagangan global juga telah menciptakan optimisme terhadap permintaan, membalikkan tren peningkatan stok yang telah membebani harga minyak mentah pada minggu-minggu sebelumnya.
Selain itu, indikator-indikator perekonomian AS baru-baru ini telah menambah optimisme terhadap permintaan minyak global. Harga konsumen AS naik yang dapat meningkatkan ekspektasi akan penurunan suku bunga.
Suku bunga AS yang lebih rendah dapat membantu melemahkan dolar, yang akan membuat harga minyak lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
Editor: Aditya Pratama