Harga Pangan Dunia Turun pada Oktober 2023, Ini Pendorongnya
LONDON, iNews.id - Indeks harga dunia badan pangan PBB turun pada Oktober 2023 ke level terendah dalam lebih dari dua tahun. Hal ini didorong oleh penurunan gula, sereal, minyak nabati, dan daging.
Mengutip Reuters, indeks harga Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang melacak komoditas pangan yang paling banyak diperdagangkan secara global, rata-rata 120,6 poin pada bulan Oktober, turun dari 121,3 pada bulan sebelumnya, menurut laporan FAO.
Adapun, angka ini merupakan yang terendah sejak Maret 2021. Indeks Harga Sereal FAO rata-rata sebesar 125,0 poin, turun 1,3 poin dari bulan September.
“Harga gandum internasional turun 1,9 persen pada bulan Oktober, mencerminkan pasokan yang secara umum lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya di Amerika Serikat dan persaingan yang kuat di antara para eksportir,” kata FAO dikutip, Sabtu (4/11/2023).
Produk susu melawan tren penurunan harga dengan kenaikan 2,4 poin menjadi 111,3 poin setelah mengalami penurunan selama sembilan bulan berturut-turut.
“Harga susu bubuk dunia mengalami peningkatan paling besar, terutama didorong oleh lonjakan permintaan impor, terutama dari Asia Timur Laut,” ucap FAO.
Dalam laporan terpisah mengenai pasokan dan permintaan sereal, FAO mempertahankan perkiraan produksi sereal dunia tahun ini sebesar 2,819 miliar metrik ton, naik 0,9 persen dari tahun sebelumnya.
“Memasuki tahun 2024, penanaman gandum musim dingin sedang berlangsung di belahan bumi utara dan pertumbuhan wilayah diperkirakan akan terbatas, mencerminkan harga tanaman yang lebih rendah tahun ini,” ujarnya.
Laporan FAO menyebut, dampak perang di Ukraina terus berlanjut, termasuk terbatasnya akses terhadap ladang dan rendahnya harga di tingkat petani, serta kondisi cuaca yang kurang ideal. Hal ini menyebabkan berkurangnya area gandum.
FAO juga mengatakan, penanaman tanaman biji-bijian kasar pada tahun 2024 sedang dilakukan di belahan bumi selatan.
“Di Brazil, indikasi awal menunjukkan penurunan penanaman jagung sekitar 5 persen, karena rasio biaya-harga lebih menguntungkan kedelai,” kata laporan tersebut.
Editor: Aditya Pratama