Harga Tes PCR di Indonesia Diklaim Lebih Murah Dari Negara ASEAN hingga UEA
JAKARTA, iNews.id - Direktur Utama (Dirut) PT Bio Farma (Persero), Honesti Basyir, mengklaim harga tes PCR di Indonesia lebih murah daripada negara-negara di kawasan ASEAN hingga Uni Emirat Arab (UEA).
Saat ini, harga tertinggi PCR mencapai Rp275.000 untuk Jawa-Bali dan di luar Jawa-Bali sebesar Rp300.000. Angka ini mengalami penurunan dari tarif sebelumnya yakni Rp475.000.
"Kami melihat harga tes PCR di Indonesia merupakan harga tes PCR yang termurah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Singapura, bahkan ada beberapa negara seperti Uni Emirat Arab, dimana harga tes PCR di negara tersebut jauh lebih mahal dari harga yang ditetapkan di Indonesia," ujar Honesti, Selasa (9/11/2021).
Dirut Bio Farma berkeyakinan harga tes PCR akan terus mengalami penurunan karena adanya perubahan model bisnis perusahaan farmasi hingga pasokan (supply) dalam negeri. Menurutnya, semakin tinggi supply dan perubahan model bisnis, maka dimungkinkan terjadi penurunan tarif PCR.
"Kami berkeyakinan semakin banyak supply dalam negeri, mungkin harga ini bisa kita turunkan hingga level tertentu dan juga adanya bisnis model yang berkembang sekarang antara kolaborasi pemilik mesin sendiri dan pemilik reagen sendiri mungkin bisa menekan harga sampai ke level tertentu," kata Honesti.
Bio Farma merupakan salah satu BUMN yang ikut memproduksi reagen PCR. Tercatat, perseroan sudah mengantongi tiga produk alat diagnosa Covid-19 tersebut. Ketiganya, BioVTM, PCR Singleplex (Biocav), dan BioSaliva.
Saat ini, kapasitas existing BioVTM 300.000 tube per bulan. Sementara kapasitas ekspansi sebanyak 600.000 tube per bulan. Untuk, existing produk Biocav mencapai 2.400.000 test per bulan dengan kapasitas ekspansi mencapai 5.000.000 test per bulan. Lalu, kapasitas eksisting BioSaliva 40.000 kit per bulan dengan kapasitas ekspansi 100.000 kit per bulannya.
Honesti juga menilai, mekanisme harga tertinggi PCR sama dengan harga tertinggi eceran sejumlah obat-obatan yang dipasarkan di klinik atau layanan kesehatan resmi.
"Model sekarang yang ditetapkan pemerintah untuk menetapkan harga tertinggi dari reagen ini, sangat membantu membuat harga pengetesan ini bisa didapat oleh masyarakat, persisi seperti pada farmasi obat-obatan, itu juga semacam harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah, tidak murni melewati syarat mekanisme pasar," ungkap Honesti.
Editor: Jeanny Aipassa