Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pakar Ekonomi Anthony Budiawan Sebut Gaya Koboi Purbaya Bisa Jadi Bencana
Advertisement . Scroll to see content

IMF: Kenaikan Suku Bunga Terlalu Cepat Bisa Picu Resesi Berkepanjangan

Jumat, 07 Oktober 2022 - 14:38:00 WIB
IMF: Kenaikan Suku Bunga Terlalu Cepat Bisa Picu Resesi Berkepanjangan
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, kenaikan suku bunga terlalu cepat bisa picu resesi berkepanjangan. Foto: Reuters
Advertisement . Scroll to see content

MINNEAPOLIS, iNews.id - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan kenaikan suku bunga yang terlalu cepat bisa membawa dunia ke dalam resesi berkepanjangan. Karena itu, para pembuat kebijakan diminta untuk tetap berada di jalurnya dalam upaya meredakan inflasi. 

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, kurangnya pengetatan moneter akan menyebabkan inflasi mengakar, yang berpotensi membuat suku bunga di masa depan menjadi jauh lebih tinggi dan berkelanjutan. Hal itu bisa menyebabkan kerugian besar pada pertumbuhan ekonomi dan masyarakat. 

"Di sisi lain, pengetatan kebijakan moneter terlalu banyak dan terlalu cepat, serta melakukannya secara sinkron di seluruh negara dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi yang berkepanjangan," kata dia, dikutip dari CNN Business, Jumat (7/10/2022). 

Dia pun mendorong pemerintah untuk merespons dengan kebijakan fiskal yang ditargetkan dan sementara untuk membantu menopang warganya yang paling rentan tanpa menambah inflasi secara keseluruhan. Dukungan itu juga harus diperluas ke pasar negara berkembang dan negara-negara berpenghasilan rendah yang berisiko mengalami kesulitan utang dan kelaparan.

"Lebih mungkin menjadi lebih buruk daripada menjadi lebih baik. Ketidakpastian tetap sangat tinggi dalam konteks perang dan pandemi. Mungkin akan ada lebih banyak guncangan ekonomi," ujarnya.

IMF memprediksi, prospek ekonomi global akan semakin gelap dan risiko resesi dengan cepat meningkat. Karena itu, IMF sekali lagi akan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi. 

"Kami memperkirakan negara-negara yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami setidaknya dua kuartal berturut-turut kontraksi tahun ini atau tahun depan. Bahkan ketika pertumbuhan positif, itu akan terasa seperti resesi karena pendapatan riil menyusut dan harga naik," tuturnya.

IMF mengantisipasi dunia bisa kehilangan 4 triliun dolar AS dalam output ekonomi antara sekarang dan 2026.

"Ini adalah ukuran ekonomi Jerman, kemunduran besar bagi ekonomi dunia," ucapnya.

Setelah pertumbuhan global mencapai tingkat tahunan sebesar 6,1 persen pada Oktober 2021 di tengah pemulihan yang kuat dari pandemi Covid-19, IMF sejak itu menurunkan proyeksinya secara teratur. Lembaga keuangan global tersebut sekarang mengantisipasi pertumbuhan menjadi total 3,2 persen tahun ini dan 2,9 persen pada tahun depan.

Namun, kata Georgieva, proyeksi itu akan diturunkan lagi saat IMF merilis laporan World Economic Outlook terbaru pada minggu depan. Pasalnya, kata dia, semua ekonomi terbesar dunia sedang melambat karena terjadi krisis energi di Eropa di tengah perang Rusia di Ukraina, runtuhnya real estate China, dan inflasi yang secara historis tinggi di Amerika Serikat.

Georgieva menggambarkan dunia berada dalam periode kerapuhan bersejarah, yang sedang melewati krisis termasuk pandemi, perang selama berbulan-bulan di Ukraina, dan cuaca ekstrem yang mendorong melonjanya harga secara dramatis dan menghancurkan.

"Dalam waktu kurang dari tiga tahun, kami hidup melalui kejutan, kejutan susulan, dan kejutan setelahnya," kata dia.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut