Integrasikan Layanan Digital dan Fisik, Adopsi Omnichannel Jadi Keharusan Bagi Peritel
JAKARTA, iNews.id - Pola konsumsi masyarakat yang berubah seiring pandemi Covid-19 sejak 2020, membuat adopsi Omnichannel menjadi keharusan bagi industri ritel di tanah air.
Pandemi Covid-19 telah mengubah pola konsumsi dan belanja masyarakat sehingga menjadi lebih akrab dengan layanan digital. Namun belakangan masyarakat berbalik ke layanan fisik, ketika pembatasan mobilitas dilonggarkan.
Hal ini, membuat strategi omnichannel merupakan langkah yang harus diadopsi para peritel, demi beradaptasi dengan tren bisnis yang mengikuti pola konsumsi masyarakat. Pasalnya, adopsi Omnichannel dapat mengintegrasikan layanan digital dan fisik.
“Strategi omnichannel bagai kail bagi pelaku industri ritel untuk memancing munculnya peluang-peluang baru guna mendapatkan omzet penjualan tinggi. Dalam hal ini, masyarakat bisa bertransaksi secara fisik, tetapi sebenarnya polanya sudah berubah,” kata Direktur Eksekutif Lippo Group, John Riady, di Jakarta, Kamis (31/8/2023).
Dia mengungkapkan, adopsi omnichannel membuat emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp3,85 triliun pada semester I 2023. Capaian ini meningkat 2,39 persen dibandingkan dengan semester I 2022 yang sebesar Rp3,76 triliun.
Pertumbuhan LPPF sejalan dengan sektor konsumsi rumah tangga yang masih menjadi penyumpang paling besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni sekitar 2,77 persen dari total pertumbuhan PDB Semester I 2023 sebesar 5,17 persen.
Dia menjelaskan, capaian LPPF merupakan tren perbaikan kinerja sejak awal tahun ini. Perbaikan kinerja secara makro pun tercermin dari pemulihan industri retail.
Hingga semester I 2023, banyak perusahaan yang bergerak di sektor retail meraih pertumbuhan kinerja. Beberapa emiten retail lainnya, seperti AMRT dan MIDI, selama paruh pertama tahun ini berhasil mendongkrak pertumbuhan kinerja hingga dua digit.
“Emiten-emiten retail mulai menghijau, tetapi seiring itu terdapat kenyataan sebaliknya, banyak juga pusat perbelanjaan modern yang menutup gerai atau mengubah fokus bisnis. Pilihan yang wajar demi melakukan efisiensi dan inovasi layanan. Sektor retail memang mendapatkan momentum pemulihan, tetapi strategi yang dipilih juga harus tepat,” ujar John.
Seiring kian normalnya mobilitas masyarakat dan stabilitas perekonomian nasional, lanjutnya, konsumsi rumah tangga pun ikut tumbuh signifikan. Sektor rumah tangga ini mengemas pertumbuhan tertinggi, yakni sekitar 5,23 persen.
Data Badan Pusat Statistis (BPS) juga menunjukkan terdongkraknya konsumsi rumah tangga menjadi penyangga paling besar bagi perekonomian nasional. Hal ini sejalan dengan inflasi yang terkendali serta momen perayaan hari besar keagamaan yang jatuh pada kuartal lalu.
Terkait dengan itu, strategi alternatif yang menjadi keniscayaan sektor retail adalah omnichannel, yang mengintegrasikan layanan digital dan fisik sebagai adopsi pola konsumsi masyarakat yang telah berubah pasca pandemi Covid-19.
Dia mengakui umumnya konsumen cenderung menginginkan adanya interaksi langsung terhadap barang maupun layanan, tetapi penetrasi digital tak bisa diabaikan. Karena itu, sektor ritel pun harus siap melakukan berbagai inovasi guna meningkatkan nilai tambah bagi konsumen.
Menurut John, pasar ritel Indonesia yang sangat besar memang sangat menjanjikan, tetapi dipenuhi dengan kompetisi yang sangat ketat. Karena itu, kunci sukses sektor ritel adalah inovasi yang mengawinkan layanan daring maupun luring atau biasa dikenal sebagai omnichannel.
“Yang jelas, omnichannel ini online dan offline harus terintegrasi, bukan sekadar ada tetapi tidak terkoneksi. Inovasi omnichannel inilah yang kami lakukan di Lippo Group, sehingga bisa menawarkan prospek ritel yang baik di masa depan,” tutur John.
Editor: Jeanny Aipassa