Jokowi: RI Tak Akan Ekspor Bahan Mentah Lagi meski Risikonya Dimusuhi Negara Lain
Dia pun menegaskan kepada menteri-menterinya agar tidak gentar dan melakukan banding meskipun kalah di peradilan internasional.
“Itu selalu Saya ulang-ulang pada menteri ya kita kalah. Tapi terus maju. Usahanya apa? Ya banding. Enggak tahu nanti kalau banding lagi, kalah apakah ada banding lagi? Diberi kesempatan ya banding lagi,” ujarnya.
“Tapi apa dampaknya? Saat kita banding digugat, banding-banding industri kita sudah siap,” ucap Jokowi.
Dia pun mengingatkan selain Uni Eropa, Indonesia juga harus hati-hati terhadap gugatan China terkait akan menyetop ekspor bauksit. Pasalnya, China menjadi negara pengimpor terbesar bauksit Indonesia.
“Kalau dibuka, industri kita sudah siap, nikel sudah siap kita sekarang ini. Kita akan stop lagi bulan Juni. Hati-hati 90 persen ekspor bahan mentah bauksit kita itu ke Tiongkok,” katanya.
“Enggak tahu dia nanti gugat kita gak, kalau digugat, ya berarti nikelnya digugat Uni Eropa, bauksitnya digugat Tiongkok. Karena 90 persen ekspor bahan mentah kita ke sana,” imbuh Jokowi.
Dia mengatakan dengan menyetop ekspor bahan mentah nikel, bauksit, timah, tembaga, juga emas, maka nilai ekspor Indonesia naik dari Rp17 Triliun menjadi Rp450 Triliun.
“Tapi dengan stop nikel, stop bauksit, stop timah, stop tembaga, stop emas. Apa yang kita dapatkan? Banyak yang bertanya pada saya, pak itu yang di-stop yang dapet perusahaan-perusahaan gede, jangan keliru. Nikel itu waktu kita stop ekspor kita di Rp17 triliun. Setelah sekarang menjadi barang jadi barang setengah jadi, ekspor kita sudah di angka Rp450 triliun,” tuturnya.
Editor: Jujuk Ernawati