Kaleidoskop 2022: Badai PHK di 2022 Melanda Startup hingga Perusahaan Padat Karya
JAKARTA, iNews.id - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi sepanjang tahun ini, tidak hanya di dalam negari tapi juga di dunia. Penyebabnya karena banyak faktor, mulai dari melambatnya ekonomi pascapandemi Covid-19, diperburuk dengan konflik geopolitik sampai terganggunya rantai pasok yang pada akhirnya mengerek inflasi dan suku bunga hingga ancaman resesi.
Bahkan International Monetery Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 dari sebelumnya 3,6 persen menjadi 3,2 persen. Perlambatan ekonomi tersebut akhirnya mempengaruhi permintaan di pasar dan bermuara pada PHK massal di banyak perusahaan, terutama perusahaan teknologi dan startup.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai penyebab perusahaan, terutama startup melakukan PHK massal karena overstaffing atau rekrutmen secara agresif. Selain itu, sejak adanya standarisasi QRIS, banyak pengguna dompet digital kembali ke mobile banking. Di sisi lain, sejumlah perusahaan tidak mengantisipasi adanya perubahan di level of playing field dari regulasi, sehingga menekan berbagai prospek pertumbuhan.
Mengutip data dari situs trueup.io, sepanjang tahun ini, terdapat 1.503 PHK di perusahaan teknologi global dengan 235.639 orang terkena dampak. Berdasarkan data tersebut, angka PHK paling tinggi terjadi pada periode November lalu atau mencapai 60.106 pekerja. Paling tinggi kedua terjadi pada Juni sebanyak 29.299 pekerja. Sedangkan bulan ini, per 24 Desember 2022 tercatat pekerja yang terkena PHK di industri ini mencapai 25.197 orang.
Adapun badai PHK di dalam negeri, berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) melalui situs satudata.kemnaker.go.id menunjukkan pada periode Januari-Oktober 2022, sebanyak 11.626 pekerja kena PHK. Mereka tersebar di seluruh provinsi se-Indonesia.
PHK paling banyak terjadi di provinsi Banten, yang mencapai 31,85 persen dari total PHK atau sekitar 3.703.pekerja. Disusul Ibu Kota Jakarta dengan kasus PHK sebanyak 1.655 pekerja, dan Jawa Timur dengan jumlah 1.250 orang pekerja kena PHK.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Shinta W Kamdani sebelumnya menyebut 800.000 pekerja di industri padat karya kena PHK. Jumlah itu berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan per Oktober 2022.
Dia mengungkapkan, PHK massal tersebut akibat menurunnya permintaan ekspor di industri padat karya. Menurutnya, kondisi tersebut akan lebih buruk pada tahun depan. Karena itu, dia meminta pemerintah untuk melakukan sejumlah langkah untuk mencegah hal itu terjadi.
Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah mengatakan, PHK merupakan jalan terakhir sebuah perusahaan untuk mempertahankan bisnisnya. Namun dia mengimbau perusahaan untuk mengedepankan dialog terlebih dahulu sebelum melakukan PHK.
"PHK merupakan jalan tengah, harus diupayakan beberapa langkah oleh perusahaan (sebelum memutuskan PHK)," kata dia di Kompleks Parlemen, beberapa waktu lalu.
Upaya-upaya yang dimaksud Manaker, yakni dengan melakukan efisiensi perusahaan terlebih dahulu. Seperti pengurangan shifting kerja karena memang permintaan yang tidak ada, penurunan jam kerja, hingga menyarankan agar bonus para petinggi perusahaan dikurangi.
PHK massal dilakukan oleh sejumlah perusahaan di dalam maupun luar negeri. Terbanyak adalah perusahaan rintisan atau starup dan teknologi.
Di dalam negeri, ada platform jual-beli online JD.id yang melakukan PHK terhadap 200-an karyawannya atau setara dengan 30 persen dari total pekerja. Selain itu, ada perusahaan edutech, Ruangguru yang juga melakukan PHK terhadap karyawannya.
Gojek dan TokoPedia (GoTo) juga melakukan PHK terhadap 1.300 karyawannya atau 12 persen dari total karyawan tetap Grup GoTo. Zenius juga melakukan PHK kepada 200 karyawan, LinkAja merumahkan sekitar 200 pekerja. Selain itu, Glints yang memecat 198 pekerja, Ajaib melakukan PHK kepada 67 karyawan, Shopee Indonesia, Sayurbox, Sirclo, dan TaniHub.
PHK juga terjadi pada perusahaan logistik SiCepat Ekspres yang melakukan PHK sebanyak 365 karyawanya, mulai dari Admin Operasional hingga kurir SiCepat Ekspres. Di samping itu, ada Bananas Indonesia, Binar Academy, Tokocrypto.
Selain startup, industri padat karya seperti industri tekstil dan alas kaki juga kena badai PHK. PT Fotexco Busana International yang merupakan produsen pakaian dalam di Bogor, Jawa Barat hingga November lalu, ada 64.000 karyawan dari 124 perushaan di Jawa Barat yang mengalami pengurangan jam kerja, dan putus kontrak.
Tak hanya Indonesia, badai PHK juga melanda perusahaan raksasa teknologi di dunia. Beberapa perusahaan teknologi yang melakukan PHK massal, yakni Twitter yang melakukan PHK terhadap 3.700 karyawannya. PHK karyawan dilakukan setelah Elon Musk melakukan akusisi platform media sosial tersebut. Bahkan, Musk dikabarkan juga akan melakukan PHK terhadap karyawan di perusahaan produsen mobil listriknya, Tesla.
"Mengenai pengurangan karyawan di perusahaan Twitter itu karena perusahaan merugi lebih dari 4 juta dolar AS per hari," tulis Musk pada akunnya di Twitter.
Raksasa teknologi dunia selanjutnya yang melakukan PHK adalah perusahaan induk Facebook, Meta Platforms Inc. Perusahaan milik Mark Zuckerberg ini memecat sekitar 13 persen dari total karyawannya atau lebih dari 11.000 orang.
Selain itu, perusahaan milik Jeff Bezos, Amazon Inc juga mengurangi 10.000 karyawan. Ada juga Bettercom, yang memecat 3.000 karyawan. Disusul Peleton, yang melakukan PHK terhadap 2.800 karyawannya. Xioami juga memangkas 10 persen pekerja atau sekitar 3.500 karyawan.
Beberapa perusahaan global lain yang melakukan hal serupa, di antaranya Intel, Microsoft, Softbank, Netflix, Ford. Di samping itu, Philips, Unilever, GAP, Credit Suisse.
Editor: Jujuk Ernawati