Kelapa Sawit Berkontribusi pada Ekonomi hingga Penyerapan Tenaga Kerja RI
JAKARTA, iNews.id - Kontribusi kelapa sawit untuk Indonesia mencapai lebih dari 244 juta dolar AS dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Pada 2023, kelapa sawit masih terus menjadi pilar penting dalam perekonomian Indonesia, meskipun dalam beberapa tahun terakhir banyak tantangan, seperti penurunan harga.
Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sekaligus Plt. Direktur Kemitraan BPDPKS, Kabul Wijayanto menuturkan, selain memberikan kontribusi terhadap perekonomian, kelapa sawit juga berkontribusi terhadap lapangan pekerjaan di Tanah Air.
"Perkebunan dan industri sawit memberikan kontribusi lapangan pekerjaan yang cukup besar mencakup petani sampai pengelola kelapa sawit, ada 16 juta pekerja yang terlibat langsung dan 22 juta pekerja yang terlibat tidak langsung," ujar Kabul dalam acara GenSawit Talkshow dikutip, Senin (11/3/2024).

Kabul menambahkan, saat ini Indonesia masih didominasi generasi Z dan disusul generasi milenial, dan generasi X. Oleh karena itu, dia menyebut bahwa kontribusi generasi muda sangat penting dalam membangun dan mendorong kelapa sawit, serta berperan penting dalam mendorong ketahanan pangan di masa depan.
"Melalui kegiatan ini diharapkan agar dapat menyampaikan peran kelapa sawit bagi Indonesia dalam pembangunan, tidak hanya sebagai tanaman biasa tapi juga sebagai penyokong ekonomi negara," ucapnya.
Sementara, Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS Achmad Maulizal menuturkan, saat ini BPDPKS tengah gencar mendukung program perkembangan hilirisasi, tidak hanya untuk produk makanan dan kosmetik, tapi juga untuk biodiesel yang di kombinasikan dengan bahan bakar fosil.
"Ke depan kita juga harus melihat bahwa akan terus ada perkembangan kelapa sawit seperti bio diesel dan bensin sawit yang sedang di riset. Ini akan terus dikembangkan produk produk kelapa sawit yang akan memenuhi kebutuhan secara masif," kata Achmad.
Kemudian, di tengah informasi negatif yang saat ini beredar mengenai kelapa sawit, terutama di Eropa yang kerap menyuarakan kampanye hitam 'no palm oil', memiliki efek domino dalam menghambat pertumbuhan industri kelapa sawit secara makro.
Terkait hal itu, dia mengajak mahasiswa untuk cek fakta apabila menemukan informasi negatif terkait kelapa sawit. "Dengan saat ini banyak stigma negatif tentang sawit, sikap mahasiswa harus cek dan re-cek dalam mengelola berita berita hoaks," tuturnya.
Editor: Aditya Pratama