Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Tarik Ulur Kemenperin dan Kemenko Perekonomian soal Insentif Otomotif, Industri Terombang-ambing
Advertisement . Scroll to see content

Kemenperin Ungkap Biang Kerok PMI Manufaktur RI Juni Anjlok

Jumat, 04 Juli 2025 - 10:51:00 WIB
Kemenperin Ungkap Biang Kerok PMI Manufaktur RI Juni Anjlok
Ilustrasi Kemenperin ungkap biang kerok manufaktur RI di Juni 2025 anjlok. (foto: iNews.id)
Advertisement . Scroll to see content

"Kebijakan ini akan mampu meningkatkan permintaan utilisasi industri yang memproduksi produk yang bersaing ketat dengan produk impor murah,” tuturnya.

Selain itu, penandatangan IEU CEPA juga sangat ditunggu-tunggu oleh perusahaan industri terutama perusahaan ekspor. Perang dagang global telah memaksa industri berorientasi ekspor untuk aktif membuka pasar pada negara tujuan ekspor baru.

“Perusahaan Industri menunggu penandatanganan perjanjian IEU-CEPA. Mereka optimis setelah penandatanganan IEU-CEPA maka pasar Eropa akan terbuka lebar bagi produk ekspor mereka,” ujar Febri.

Selain perusahaan industri yang masih menunggu kebijakan pro bisnis, faktor pasar dan daya beli masyarakat juga ikut andil penurunan PMI Indonesia menjadi 46,9 pada Juni 2025 lalu. Faktor pasar terutama penurunan permintaan di pasar ekspor dan domestik menyebabkan turunnya kinerja manufaktur.

Meski perang tarif dagang global sedikit mereda akan tetapi dampaknya masih dirasakan sampai saat ini oleh industri dalam negeri. Pelemahan permintaan pasar ekspor pada negara tujuan ekspor mengakibatkan sebagian industri dalam negeri melirik pasar domestik untuk menyerap produk mereka.

Hal ini mengakibatkan tekanan permintaan di pasar domestik yang sebelumnya telah dibanjiri oleh produk impor.

Sementara itu, pasar dalam negeri juga menghadapi turunnya daya beli masyarakat. Masyarakat lebih memprioritaskan dana mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar dibandingkan mengkonsumsi produk manufaktur terutama produk sekunder atau tersier.

Pada kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas juga cenderung memprioritaskan menabung atau menginvestasikan dana yang mereka miliki guna mengantisipasi risiko kedepan dari pada membeli produk manufaktur tingkatan tertentu.

Di sisi lain, belanja pemerintah terutama belanja atas produk-produk manufaktur baru dimulai pada pertengahan Juni 2025. Belanja pemerintah pada proyek infrastruktur dan konstruksi sudah dirasakan dampaknya terutama bagi industri keramik, semen, kaca, besi dan baja.

Begitu juga dengan kebijakan insentif pemerintah untuk liburan sekolah tahun ini berlangsung pada akhir bulan Juni 2025 awal masuk sekolah. Dampak insentif pemerintah pada saat liburan sekolah dirasakan dampaknya oleh industri makanan, industri minuman, industri kerta, serta industri tekstil dan industri pakaian jadi.

"Dengan dimulai belanja pemerintah atas produk manufaktur dan juga insentif liburan sekolah serta kenaikan permintaan menjelang tahun ajaran baru diharapkan bisa meningkatkan daya beli masyarakat terutama untuk membeli produk-produk manufaktur ke depannya,” ujar Febri," tandasnya.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut