Kendalikan Inflasi, Bapanas Minta Daerah Kordinasi jika Butuh Pasokan Pangan
"Di sini ada Deputi 1 Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas. Apabila daerah bapak dan ibu memiliki kendala mengenai stok, kami bisa fasilitasi mobilisasi stok dari daerah surplus ke daerah defisit," kata Arif di hadapan perwakilan gubernur dari 15 provinsi.
Sampai 24 November, lanjutnya, Bapanas telah melakukan fasilitasi mobilisasi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit sebanyak 5.000 ton untuk sejumlah komoditas, seperti beras, bawang merah, cabai keriting, cabai rawit merah, jagung, telur ayam ras, daging ayam ras, gula konsumsi, minyak goreng, livebird atau ayam hidup, dan sapi hidup. Dari sejumlah komoditas tersebut jagung menjadi komoditas dengan volume terbanyak sekitar 3.500 ton.
“Aksi tersebut dijalankan secara business to business (B2B) melalui sinergi antara Bapanas, Pemda, Asosiasi Petani dan Peternak, dan Pelaku Usaha,” ungkap Arief.
Upaya mobilisasi pangan ini sejalan dengan hasil telaah Kemenko Perekonomian, yang menyebutkan tantangan utama pengendalian inflasi di daerah perbatasan perlu menjadi perhatian lebih terutama berkaitan dengan kelancaran distribusi, ketersediaan infrastuktur, dan ketersediaan pasokan.
“Untuk meningkatkan volume pendistribusian pangan antar daerah kami terus berkomunikasi dengan Kemenhub dalam rangka optimalisasi Tol Laut. Saat ini telah diinventarisir potensi pangan daerah-daerah perbatasan agar kapal Tol Laut yang membawa pangan ke sana kembali ke dengan muatan pangan lokal,” tutur Arif.
Meski demikian, Arief tetap menempatkan aksi mobilisasi ini sebagai bagian dari solusi jangka pendek dalam upaya menjaga stabilitas.
“Aksi jangka panjang juga perlu dilakukan, yang ideal adalah memunculkan sentra-sentra produksi pangan baru di daerah, sehingga masing-masing daerah memiliki kemandirian pangan,” ujar Arif.
Editor: Jeanny Aipassa