Kesulitan Jual Emas akibat Sanksi, Rusia Bidik Ekspor ke China dan Timur Tengah
Polymetal International Plc adalah salah satu produsen yang ingin menggunakan ekspor langsung dengan peluang penjualan ke Uni Emirat Arab dan China, kata seorang juru bicara. Menurut sumber, beberapa penambang besar lainnya juga telah memulai pembicaraan dengan perusahaan yang berbasis di China dan UEA.
Diketahui, Bank Rusia pernah menjadi pembeli emas terbesar yang berdaulat yang meraup hampir semua hasil tambang negara itu sebelum menghentikan pembelian pada awal 2020. Janjinya untuk mulai membeli lagi akan membantu menyerap sebagian pasokan yang tidak dapat diekspor.
“Ada pendapatan anggaran yang sangat bagus. Sekarang mereka hanya bisa diselamatkan melalui pembelian emas,” kata ekonom di Alfa-Bank, Natalia Orlova dikutip, Minggu (3/4/2022).
Sementara bank sentral meningkatkan kepemilikan emasnya secara signifikan hingga 2019, transaksi cenderung lebih tenang ke depannya.
Bank sentral membatasi harga yang bersedia dibeli pada 5.000 rubel per gram, kira-kira 1.880 dolar AS per ons dengan nilai tukar saat ini dan di bawah harga internasional. Pembelian yang direncanakan dirancang untuk mendukung penjualan penambang emas karena kesulitan ekspor dan pasar domestik tidak akan mampu menyerap volume tersebut.
Sementara itu, lebih banyak peluang juga bisa datang dari pasar ritel domestik. Pemerintah membatalkan pajak pertambahan nilai atas pembelian, menyusul dampak dari perang di Ukraina.
"Kami melihat peningkatan yang signifikan dalam permintaan emas di ritel. Bank siap membayarnya menggunakan harga patokan internasional, bukan 5.000 rubel," ucap Juru Bicara Polymetal.
Editor: Aditya Pratama