Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : 10 Tahun Shopee, Meriah Seharian dengan Penawaran Spesial di Puncak 12.12 Birthday Sale
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Yammy Babeh, Keripik Singkong dari Desa Jajal Pasar Mancanegara (Bagian II - Habis)

Kamis, 17 Maret 2022 - 06:16:00 WIB
Kisah Yammy Babeh, Keripik Singkong dari Desa Jajal Pasar Mancanegara (Bagian II - Habis)
Ade Soelistyowati atau Elis (kiri) bersama sang suami, Sahroni Bachrun (Roni), dan produk keripik singkong Yammy Babeh buatan mereka yang kini telah merambah pasar luar negeri. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Bagi Elis, tidak sulit untuk menemukan singkong di pasar. Selain proses menanamnya yang mudah, harga bahan pangan yang satu ini juga terbilang murah meriah.

Jika sedang panen, petani singkong di Sukabumi biasanya menjual hasil kebun mereka ke tengkulak dengan harga sekitar Rp500 hingga Rp1.000 saja per kg. Yang menarik, Elis dan Roni justru tak keberatan membeli langsung singkong ke para petani dengan harga Rp3.000 per kg. 

“Kami memiliki keinginan untuk mengangkat kesejahteraan petani dengan membeli hasil panen sesuai dengan harga yang layak,” ungkap Elis.

“Seiring berjalannya waktu, kami memiliki sekitar 40 petani singkong sebagai supplyer alias pemasok bahan baku utnuk kami. Jadi, produk kami bisa dibilang sebagai bentuk pemberdayaan petani singkong dan warga di Kabupaten Sukabumi,” tuturnya.

Pada 2017, Elis dan Roni terus mengembangkan usaha Yammy Babeh, dimulai dari membuat kemasan yang lebih elegan hingga merapikan model bisnis mereka. Pasangan tersebut juga merampungkan legalitas produk sambil belajar digital marketing alias pemasaran digital.

“Saya mulai mengikuti pelatihan baik dari dinas maupun komunitas, menyusun strategi marketing, mulai untuk menggunakan business to business dengan menjaring reseller. Perlahan tapi pasti, produk saya mulai terdistribusi di wilayah Jabodetabek dan beberapa kota besar di Indonesia,” ucapnya.

Pada 2018, produk Yammy Babeh mulai diekspor ke mancanegara. Di tahun yang sama, Elis dan Roni juga mengikuti pameran di luar negeri, antara lain India, Pakistan, Jepang, Australia, Bangladesh, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan. Yammy Babeh pun mendapat respons positif dari pengunjung pameran kala itu.

Kini, keripik singkong buatan Elis juga sudah sampai ke Inggris, Qatar, Kanada, bahkan Dominika. Menurut perempuan itu, ekspor ke negara-negara tersebut pada awalnya hanya bertujuan untuk menguji peluang pangsar pasar di sana. Dengan begitu, dia jadi tahu seberapa besar produknya diterima di luar negeri.

Pada 2019, Yammy Babeh ikut program BRI Inkubasi. Selama masa itu, BRI kerap memfasilitasi Elis untuk mengikuti berbagai pameran UMKM.

Pada tahun itu pula, Yammy Babeh menjadi salah satu peserta BRIlianpreneur. Pada ajang tersebut, Elis dan Roni berhasil menarik 11 buyers (pembeli) mancanegara. “Produk saya bisa masuk ke Kanada itu salah satunya atas rekomendasi BRI. Sampai sekarang pun, kami masih ekspor ke Kanada,” tuturnya.

Tak hanya sampai di situ, Elis juga berpartisipasi kembali dalam BRIlianpreneur 2020 dan 2021. Yammy Babeh pun berhasil keluar sebagai juara 1 pada ajang pameran tersebut tahun lalu.

Elis mengaku, banyak hal yang dia dapatkan selama mengikuti BRIlianpreneur. Dia bisa melakukan riset dan evaluasi pasar. Dia juga jadi tahu produk seperti apa yang diinginkan oleh buyers.

Lewat BRIlianpreneur pula, Elis jadi tahu bahwa setiap negara punya prosedur dan ketentuan yang berbeda-beda terkait masuknya barang impor. “Dari situ, saya bisa persiapkan secara matang apa yang jadi kebutuhan buyers,” ucapnya.

Elis pernah mempekerjakan 30 karyawan di dapurnya. Namun, saat pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, pasangan ini terpaksa merumahkan mereka. Selama masa-masa sulit tersebut, kegiatan produksi dijalankan Elis berdua dengan Roni.

Di saat geliat ekonomi mulai bangkit lagi tahun lalu, Elis bisa mengaryakan kembali delapan karyawannya. Namun, kini Elis kembali harus menjalankan usaha bersama sang suami saja.

Menurut Elis, pandemi Covid benar-benar membuat penjualannya terjun bebas. “Rata-rata omzet turun menjadi Rp15 juta hingga Rp50 juta per bulan,” katanya.

Namun, hal itu tak membuat Elis dan Roni patah arang. Dia yakin, selalu ada nikmat Allah di balik setiap ujian yang datang. Dia pun percaya, Tuhan akan membukakan jalan dengan cara-Nya sendiri kepada orang yang bersungguh-sungguh. ***

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut