Krisis Energi di Inggris Picu Perkelahian hingga Penimbunan Bahan Bakar
"Saya benar-benar muak. Mengapa negara ini tidak siap untuk apa pun?" kata Ata Uriakhil, seorang sopir taksi berusia 47 tahun, yang mempertanyakan kebijakan pemerintah Inggris, seperti dilansir Reuters, Jumat (1/10/2021).
Dia mengungkapkan, untuk mendapat bahan bakar dia sampai berpindah beberapa pom bensin, bahkan mengantri berjam-jam di barisan pertama dengan lebih dari 40 mobil berjejer di belakangnya di pom bensin Sainsbury, Richmond.
Yang menyedihkan, meskipun telah lama mengantri di pom bensin, Uriakhil mengaku belum tentu kebagian bahan bakar. Dia mengungkapkan telah kehilangan pendapatannya sekitar 20 persen pekan ini hanya karena lamanya menunggu antrean pengisian bahan bakar yang ternyata kosong.
Jajaran elite Inggris beberapa hari terakhir sempat mengumbar optimisme dengan meyakini bahwa krisis energi bakal mereda dan bahkan rampung seiring waktu.
Tapi kondisi di lapangan berkata lain. Asosiasi Pengecer Bensin / Petrol Retailers Association (PRA) mengatakan bahwa sebanyak 27 persen pom bensin tutup, dan 21 persen lain hanya memiliki satu jenis bahan bakar dalam persediaan mereka.
Sedangkan 52 persensisanya masih memiliki cadangan bensin dan solar yang cukup. Persentase tersebut merupakan gambaran dari tutupnya ribuan pom bensin di Inggris yang diperkirakan mencapai 2 ribu unit.
Ketua asosiasi Brian Madderson mengungkapkan bahwa kelangkaan ini terbentuk karena adanya 'panic buying' alias perilaku konsumen membeli barang dalam jumlah banyak karena ketakutan akan suatu hal.
Editor: Jeanny Aipassa