Mantan Bos Kripto hingga Kanye West Terdepak dari Daftar Miliarder Forbes 2023
NEW YORK, iNews.id - Forbes melaporkan hampir setengah dari 2.640 miliarder di dunia, kekayaannya menyusut dibanding tahun lalu. Namun ada yang nasibnya lebih buruk, di mana sebanyak 254 orang keluar dari daftar Forbes’ World’s Billionaires 2023.
Mereka yang terdepak dari daftar ini, di antaranya musisi sekaligus desainer Kanye West dan mantan bos kripto FTX Sam Bankmand-Fried. Adapun para taipan teknologi yang paling terpukul, di mana kekayaan mereka turun di bawah 1 miliar dolar AS selama setahun terakhir, di antaranya pendiri pasar NFT OpenSean Alex Atallah dan Devin Finzer serta pendiri aplikasi pengiriman makanan DoorDash Andy Fang dan Stanley Tang.
China termasuk Hong Kong mencatatkan penurunan terbanyak, dengan 80 miliarder, termasuk Xiong Shaoming, salah satu pendiri pemasok perangkat vaping Smoore International dan David Xueling Li, ketua platform media sosial live-streaming JOYY. Amerika Serikat, dengan miliarder terbanyak di dunia, berada di posisi kedua miliarder terbanyak yang terdepak dari peringkat, yakni sebanyak 47 orang, diikuti India sebanyak 23 orang, dan Korea Selatan 15 orang.
Berikut beberapa orang terkenal yang terdepak dari daftar Miliarder Forbes 2023:
Total kekayaan Sam Bankman-Fried yang awalnya 24 miliar dolar AS setara Rp358,6 triliun merosot tajam menjadi 10 juta setara Rp149,4 miliar karena kebangkrutan bursa kripto miliknya, FTX. Dia saat ini menghadapi tuduhan penipuan federal, pencucian uang, dan pelanggaran dana kampanye, yang semuanya dia bantah.
Kekayaan Kanye West awalnya 2 miliar dolar AS setara Rp29,9 triliun, saat ini hanya 400 juta dolar AS setara Rp6 triliun. Hal ini karena keputusan Adidas untuk membatalkan kontrak dengan Kanye West setelah sembilan tahun bekerja sama karena pernyataan antisemit yang dilontarkannya.
Kekayaan Yvon Chouinard sebelumnya sebesar 1,2 miliar setara Rp17,9 triliun dan sekarang kurang dari 100 juta setara Rp1,5 triliun.
Founder Patagonia ini memberikan perusahaan pakaian dan peralatan mendaki gunung miliknya kepada yayasan amal. Kemudian, seluruh laba yang tidak diinvestasikan kembali digunakan untuk menjalankan bisnis bakal digunakan untuk memerangi krisis iklim dan krisis lingkungan.
Kekayaannya yang dulu tercatat 2,8 miliar dolar AS setara Rp41,84 triliun merosot menjadi 100 juta dolar AS.
Hal ini imbas penyelidikan luas terhadap industri semikonduktornya, di mana regulator China menuduh mantan ketua Tsinghua Unigroup tersebut melakukan korupsi.
Founder sekaligus Co-CEO Brex ini memiliki kekayaan sebelumnya 1,5 miliar dolar AS setara Rp22,41 triliun, namun saat ini hanya 900 juta setara Rp13,44 triliun. Kegagalan startup membuat banyak investor menarik diri berinvestasi di perusahaannya hingga membuat valuasi perusahaannya turun.
Founder Wayfair ini sebelumnya memiliki kekayaan 1,6 miliar dolar AS setara Rp23,9 triliun, namun sekarang tersisa 600 juta dolar AS atau Rp8,96 triliun. Ini karena permintaan sofa, tempat tidur dan karpet dari perusahaannya anjlok, sehingga membuat sahamnya turun 75 persen sejak 2022.
Wayfair juga memangkas 10 persen tenaga kerjanya sebagai bagian dari rencana penghematan biaya sebesar 1,4 miliar dolar AS.
Kekayaan pendiri marketplace aset digital OpenSea ini sebelumnya 2,2 miliar dolar AS atau Rp32,87 triliun, sekarang masing-masing tersisa kurang dari 600 juta dolar AS atau Rp8,96 triliun.
Penjualan token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT), file komputer yang digunakan untuk melacak kepemilikan aset digital unik termasuk seni dan musik telah anjlok, menurunkan nilai valuasi OpenSea dari 13,3 miliar dolar AS menjadi sekitar 3,1 miliar dolar AS. Pada Juli 2022, OpenSea memberhentikan 20 persen karyawannya.
Kekayaan bersih miliknya sebelumnya 3,2 miliar dolar AS atau Rp47,8 triliun tapi sekarang kurang dari 100 juta dolar AS atau Rp1,5 triliun. Itu karena saham perusahaannya, Carvana merosot 94 persen sejak tahun lalu dipicu kemerosotan di pasar mobil bekas dan meningkatnya kekhawatiran investor tentang utang perusahaan senilai 5,6 miliar dolar AS.
Editor: Jujuk Ernawati