Mengenal Barry Callebout, Pemasok Bahan Baku Cokelat untuk Silverqueen hingga Delfi
Dia menjelaskan, optimisme itu tidak lepas dari kondisi industri yang diyakini akan semakin membaik pasca pandemi. Permintaan pelangga akan semakin membaik seiring dengan melandainya kasus Covid-19.
“Kami yakin pasar kakao dan cokelat di Indonesia akan terus tumbuh. Permintaan pelanggan akan produk kakao dan cokelat kami berangsur-angsur kembali ke masa sebelum pandemi, dan optimisme konsumen yang meningkat terhadap ekonomi menjadi pertanda baik bagi produsen makanan seperti kami,” ujar Ciptadi.
Di dalam negeri, konsumsi cokelat tahunan di Indonesia saat ini hanya sekitar 0,3 kilogram per kapita. Jumlah konsumsi ini masih kalah dibanding negara Autralia (5,1 kg), Singapura (11 kg) dan Malaysia (0,5 kg).
"Ini menjadi tantangan tersendiri, sebab Indonesia masih dikenal sebagai produsen biji kakao terbesar, terutama di wilayah Sulawesi dan Sumatera. “Tantangannya ada pada menciptakan segmen pasar. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kami tentu saja,” ungkap Ciptadi
Dia menjelaskan, pasar cokelat di Indonesia masih mempunyai banyak potensi. Menurut Euromonitor (Juli 2022), nilai penjualan ritel naik 2 persen pada 2022 menjadi Rp13,4 triliun. Penjualan ritel ditargetkan naik 6 persen CAGR mencapai Rp18,2 triliun pada 2027.