Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pemerintah Siapkan Relaksasi KUR bagi Debitur Terdampak Bencana Sumatra, Ini Ketentuannya
Advertisement . Scroll to see content

Mimpi Ahmad Husnaeni Bangun Desa Wisata Lele di Karawang (Bagian II - Habis)

Rabu, 30 Maret 2022 - 18:06:00 WIB
Mimpi Ahmad Husnaeni Bangun Desa Wisata Lele di Karawang (Bagian II - Habis)
Gerbang masuk Kampung Lele Mutiara di Dusun II Desa Sumurgede, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. (Foto: iNews.id/Ahmad Islamy Jamil)
Advertisement . Scroll to see content

KARAWANG, iNews.id – Sejak terjun di bisnis pembenihan ikan lele mutiara, beberapa tahun silam, Ahmad Husnaeni (31) selalu konsisten menjaga kualitas produknya. Dia punya prinsip, mutu lele yang baik untuk dikonsumsi itu ditentukan sejak dari benih.

“Orang yang bergerak di bisnis pembesaran lele pun, kalau enggak ada benih yang berkualitas, mana bisa dia berproduksi sampai panen. Tetap saja kunci utama dalam usaha atau budi daya lele itu ada di  benihnya,” kata lelaki itu kepada iNews.id, Selasa (29/3/2022).

Ahmad mengungkapkan, lele mutiara pertama kali diluncurkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015. Lele tersebut adalah hasil persilangan antara lele mesir, paiton, sangkuriang, dan dumbo yang diseleksi selama tiga generasi pada karakter pertumbuhan. Galur baru tersebut diperoleh lewat penelitian para ahli perikanan di Balai Riset Pemulihan Ikan (BRPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Lele mutiara memiliki keunikan dibandingkan dengan kebanyakan jenis lele yang beredar di pasar pada umumnya. Laju pertumbuhannya 10-40 persen lebih tinggi. Durasi pemeliharaannya pun terbilang singkat, yaitu berkisar 40-80 hari saja. Selain itu, daya tahan lele mutiara juga relatif tinggi.

“Oleh penemunya, diberilah nama strain baru ini lele mutiara. Kata ‘mutiara’ itu sebenarnya singkatan dari ‘mutu tinggi tiada tara’,” ungkapnya.

Semua benih lele mutiara yang dibudidayakan Ahmad adalah produksi sendiri, mulai dari tahap pemijahan (pengawinan antara lele induk dan pejantan), pemeliharaan larva, hingga panen pada saat usia benih mencapai 25 hari.

Di tempat pembenihan lele miliknya, Ahmad dibantu lima pekerja. Mereka kebagian tugas yang berbeda-beda, mulai dari penyortiran ikan, pemberian pakan, hingga pengiriman ke konsumen. “Karena benih ini sangat rentan, risiko kematiannya sangat tinggi, jadi harus ada tenaga ahlinya juga dalam mengelola,” tutur pria kelahiran 1991 itu.

Ahmad kini memiliki 110 kolam benih lele di pekarangan rumahnya. Dari semua kolam itu, dia bisa memanen antara 150.000 hingga 300.000 benih lele per bulan. Sementara harga satu benih dia patok sebesar Rp200 saja. Dengan kata lain, omzet yang dia hasilkan setiap bulan berkisar antara Rp30 juta – Rp60 juta.

Benih lele mutiara Ahmad dipasarkan hingga Depok, Bogor, dan Bekasi. Di luar itu, produknya juga diminati para mitra petani lele yang ada di Sumurgede dan desa-desa sekitarnya.

Kiprah Ahmad dalam budi daya lele mutiara di desanya kini telah mendapat pengakuan dari pemerintah, baik pusat maupun daerah. Akhir 2020, dia berhasil mengantongi sertifikat cara pembenihan ikan yang baik dari KKP. 

Berikutnya, pada tahun lalu, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana menetapkan Desa Sumurgede sebagai Kampung Lele Mutiara. Keputusan sang bupati muncul setelah melihat sendiri besarnya peluang pasar dari brand ikan baru yang diperkenalkan Ahmad ke desa tersebut.

Ahmad juga dipercaya untuk mengetuai kelompok petani lele di Sumurgede. Anggotanya saat ini berjumlah 62 orang. Tidak seperti Ahmad yang fokus pada pembenihan, para petani umumnya bergerak di segmen pembesaran.

Perintis Kampung Lele Mutiara di Karawang, Ahmad Husnaeni. (Foto: iNews.id/Ahmad Islamy Jamil)
Perintis Kampung Lele Mutiara di Karawang, Ahmad Husnaeni. (Foto: iNews.id/Ahmad Islamy Jamil)

Ke depan, Ahmad berharap bisa memberdayakan lebih banyak lagi warga di kampungnya lewat budi daya ikan lele. Dia membayangkan suatu saat Sumurgede menjelma menjadi desa wisata lele. Jika impian itu terwujud, angka pengangguran di kampung halamannya tentu bisa berkurang.

“Saya pengen bangun kampung wisata lele. Karena saya tahu, ada banyak pengangguran di desa-desa. Saya ingin mereka diberdayakan,” ucapnya.

Dia juga ingin agar kaum perempuan di desanya bisa ikut “meraup cuan” dari lele. Caranya yaitu dengan melibatkan mereka untuk mengolah ikan tersebut menjadi beragam produk bernilai tambah.

Bahkan, saat ini dia dan istrinya sudah mulai menjajal usaha berbagai produk olahan berbahan baku lele. Beberapa di antaranya berupa bakso lele, nugget lele, sosis lele, dan otak-otak lele. Selain itu, ada juga keripik kulit lele, abon lele, keripik sirip lele, cheesce stick lele, dendeng lele, dan sebagainya.

Sejak mendapatkan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI Unit Pasirukem, tahun lalu, semangat Ahmad untuk mengembangkan usaha lelenya kian terpacu. Apalagi, yang dia dapatkan dari mantri BRI di sana bukan sekadar akses pembiayaan, melainkan juga pendampingan terkait keuangan, pemasaran, dan pengembangan usaha.

Pemimpin BRI Cabang Cikampek, Saran Nugroho menuturkan, pihaknya akan terus mendampingi Ahmad. Lewat program pembinaan dari BRI, dia berharap UMKM yang dijalankan petani lele mutiara itu bisa bertransformasi ke arah digitalisasi, online, dan bahkan go global (ekspor). 

Dengan begitu, usaha yang digeluti Ahmad bisa naik kelas dari usaha mikro (omzet tahunan di bawah Rp2 miliar) ke segmen usaha kecil (omzet tahunan Rp2miliar – Rp15 miliar). “Prosesnya tentu secara bertahap. Tapi, untuk jangka panjang, kami ingin bantu Pak Ahmad mewujudkan cita-citanya membangun kampung wisata lele di sini, ” kata Saran.

Ahmad Husnaeni (ketiga dari kiri) bersama Pemimpin BRI Cabang Cikampek, Saran Nugroho (kedua dari kanan); Kepala BRI Unit Pasirukem, Dona Fitriyana (paling kanan), dan; Asisten Manajer Pemasaran Mikro BRI Cabang Cikampek, I Nyoman Triadi (kedua dari kiri). (Foto: iNews.id /Ahmad Islamy Jamil)
Ahmad Husnaeni (ketiga dari kiri) bersama Pemimpin BRI Cabang Cikampek, Saran Nugroho (kedua dari kanan); Kepala BRI Unit Pasirukem, Dona Fitriyana (paling kanan), dan; Asisten Manajer Pemasaran Mikro BRI Cabang Cikampek, I Nyoman Triadi (kedua dari kiri). (Foto: iNews.id /Ahmad Islamy Jamil)

Kepala BRI Unit Pasirukem, Dona Fitriyana mengatakan, saat ini bisnis pembenihan lele Ahmad telah masuk dalam program Klaster UMKM BRI. Lewat program tersebut, BRI berusaha menciptakan bisnis yang berkelanjutan melalui pembentukan dan pemberdayaan klaster unggulan.

Ke depan, pihaknya juga akan mengusulkan Ahmad Husnaeni untuk dimasukkan ke dalam program Local Heroes BRI 2022. Program tersebut antara lain menawarkan konten publikasi kepada para tokoh lokal yang mampu menginspirasi banyak orang dalam pemberdayaan desa.

Sementara Asisten Manajer Pemasaran Mikro BRI Cabang Cikampek, I Nyoman Triadi menjelaskan, local heroes atau para pahlawan lokal adalah figur-figur yang secara tulus tergerak untuk melakukan inisiatif pemberdayaan kepada masyarakat desa setempat. 

“Mereka bekerja demi peningkatan kesejahteraan dan peningkatan taraf ekonomi, dengan memanfaatkan secara lebih optimal potensi yang ada di wilayah dia berada,” ungkap Triadi. (***)

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut