Mimpi Besar Berau Coal Wujudkan Ekosistem Kakao Mendunia
BERAU, iNews.id - PT Berau Coal menunjukan komitmen seriusnya untuk mengembangkan produk kakao dan olahannya agar bisa mendunia. Bahkan, perusahaan tambang batubara dibawah Sinar Mas Group itu menargetkan dapat memiliki 3,000 hektare lahan baru untuk ditanami kakao pada 2028 mendatang.
Social Enterprise Coordinator Berau Coal Yandi Rama Krisna mengungkapkan, dari target 3.000 hektar itu pihaknya berharap dapat menghasilkan 3.000 ton dengan perhitungan per hektar mampu produksi kakao sebanyak 1 ton per tahun.
Nantinya, lahan yang akan dipakai untuk ditanami kakao itu merupakan lahan di konsesi sekitar tambang atau lahan buffer. Lahan buffer merupakan lahan tidak terpakai yang wajib dibebaskan sebagai pembatas atau jarak antara wilayah pertambangan dengan pemukiman, sungai dan sebagian fasilitas umum.
Adapun saat ini, kata Yandi, kontribusi Berau Coal yakni membeli biji kakao basah maupun kering dari para petani yang tergabung menjadi mitranya. Ia juga menekankan bahwa pihaknya senantiasa berfokus terhadap kualitas dari setiap biji yang dikelola di pabrik.
"Kalau konsen kami lebih ke kualitas kalau petani cash lebih cepat. Jadi kita punya standar supply yang tadi ada di spanduk itu sudah kami sosialisasikan ke petani tapi memang masih belum optimal," ujarnya ketika ditemui di Pabrik Berau Cocoa, Kalimantan Timur, Kamis (8/12/2023).
Sementara itu untuk tahun depan, Berau Coal memiliki strategi untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan cara memindahkan fasilitas fermentasi menjadi lebih dekat dengan sumbernya ,yaitu kebun petani. Fasilitas yang dipindahkan yaitu untuk fermentasi dan pengeringan, namun untuk gudang tetap akan berada di pabrik kakao.
"Kalau yang sebelumnya dari kampung, kita tarik ke sini biji basahnya untuk kita olah, maka nanti akan kami dekatkan ke kampung penghasilnya. Jadi prosesnya ada disini jadi petani bisa lebih kapanpun anytime bisa supply ke kita. Kita prosesnya langsung di lokasi, setelah kering baru kita tarik kesini untuk sortir dan pengiriman," tuturnya.
Namun, mimpi besar itu masih terhalang sulitnya merekrut petani untuk bisa sama-sama mengembangkan ekosistem kakao ini. Selain itu diakuinya, bibit kakao ini juga masih harus dipesan dari Jember lantaran di Berau belum ada lembaga ataupun entitas yang bisa menghasilkan bibit tersertifikasi.
"Kenapa penting tersertifikasi? Agar bisa dipastikan bahwa ketika petani menanam maka dalam 3 atau 2 tahun kedepan hasilnya memang nyata. Kalau yang sekarang kan banyak biji lokal ditanam lagi oleh petani tapi hasilnya ya kurang. Harus ada rekayasa genetik nah kita pastikan dr awal menanam bibitnya akan menghasilkan 1 ton minimal per tahun," kata dia.
Editor: Puti Aini Yasmin