Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Jelang Libur Nataru, Harga Beras di Maluku-Papua Masih Tinggi
Advertisement . Scroll to see content

OJK Wanti-wanti Dampak El Nino Picu Inflasi Beras dan Gula

Senin, 30 Oktober 2023 - 21:30:00 WIB
OJK Wanti-wanti Dampak El Nino Picu Inflasi Beras dan Gula
Ilustrasi OJK wanti-wanti inflasi harga beras dan gula gegara El Nino (ist$
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tingkat inflasi dalam negeri sebesar 2,8 persen secara tahunan. Angka itu sejalan dengan ekspektasi pasar yang sebesar 2,2 persen

Namun, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan saat ini tren kenaikan inflasi bahan makanan masih perlu dicermati, terutama pada komoditas beras dan gula. Hal itu didorong oleh kemungkinan adanya penurunan produksi akibat El Nino.

“Perlu dicermati tren kenaikan inflasi bahan makanan terutama komoditas beras dan gula, di tengah potensi penurunan produksi global akibat El Nino,” kata Mahendra dalam konferensi pers secara daring pada Senin (30/10/2023).

Secara umum, kata Mahendra, daya beli masih tertekan tercermin dari inflasi inti yang kembali turun, serta penurunan indeks kepercayaan konsumen serta kinerja penjualan ritel yang rendah. Namun, kinerja sektor korporasi relatif masih baik, hal itu terlihat dari PMI Manufaktur yang terus berada di zona ekspansi dan neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus.

Di samping itu, Mahendra mengungkapkan, sektor jasa keuangan nasional masih terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga, sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.

Divergensi kinerja perekonomian global masih terus berlanjut. Di Amerika Serikat (AS), pertumbuhan ekonomi kuartal III 2023 tercatat meningkat sebesar 4,9 persen dengan pasar tenaga kerja terus membaik dan tekanan inflasi persisten tinggi. 

“Hal ini mendorong meningkatnya sell-off di bond market AS sejalan dengan meningkatnya ekspektasi suku bunga higher for longer dan juga peningkatan suplai US Treasury untuk membiayai defisit AS,” tutur dia.

Sementara itu, risiko geopolitik global juga semakin meningkat seiring dengan konflik Israel dan Hamas, yang berpotensi mengganggu perekonomian dunia secara signifikan apabila terjadi eskalasi di Timur Tengah. Di Eropa, kata Mahendra, kinerja ekonomi diprediksi masih mengalami stagflasi. 

“Sementara itu di Tiongkok, pemulihan ekonomi masih belum sesuai ekspektasi dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global,” imbuh Mahendra.

Sementara itu, kenaikan yield surat utang di AS meningkatkan tekanan outflow dari pasar emerging markets termasuk Indonesia, mendorong pelemahan terutama di pasar nilai tukar dan pasar obligasi secara cukup signifikan. Volatilitas di pasar keuangan, baik di pasar saham, obligasi, dan nilai tukar juga dalam tren meningkat.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut