Penyebab Inggris Krisis BBM hingga Warga Panic Buying
LONDON, iNews.id - Inggris mengalami krisis bahan bakar minyak (BBM) akibat kekurangan sekitar 100.000 pengemudi kendaraan angkutan berat (HGV). Ini menyebabkan terganggunya distribusi dan terbatasnya pasokan BBM.
Dalam beberapa hari terakhir pemilik kendaraan telah mengantre panjang di SPBU untuk mendapatkan BBM, namun bensin kosong. Asosiasi Pengecer Bensin (Petrol Retailers Associaciont/PRA) memperkirakan pada Senin (27/9/2021), 50-90 persen SPBU di Inggris kehabisan BBM.
Sehari setelahnya, Menteri Transportasi Inggris Grant Shapps mengatakan situasi mulai stabil. Namun kenyataan di lapangan, warga masih panic buying, di mana antrean dan penutupan SPBU masih marak terjadi pada Selasa (28/9/2021).
Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran pekerja ensensial di sektor kesehatan dan perawatan sosial yang tidak bisa melakukan perjalanan untuk bekerja. Ketua British Medical Association Chaand Nagpaul mendesak pemerintah Inggris memberikan priortas akses BBM kepada petugas kesehatan.
Dia menekankan, mereka bergantung pada BBM baik untuk perjalanan ke tempat kerja maupun untuk pekerjaan itu sendiri.
"Setiap orang akan memiliki alasan mereka sendiri untuk perlu mengisi BBM, tetapi ketika SPBU kosong, ada risiko nyata staf Layanan Kesehatan Nasional (NHS) tidak akan bisa melakukan pekerjaan mereka, dan memberikan layanan dan perawatan penting kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya,” kata dia, dikutip dari CNBC, Rabu (29/9/2021).
Sementara kelompok kampanye yang dipimpin dokter dari EveryDoctor juga menyerukan sejumlah langkah yang harus diambil untuk memastikan pekerja kunci dapat mengakses BBM.
"Sudah waktunya bagi pemerintah untuk berbagi tanggung jawab atas kesejahteraan pasien kami dengan memprioritaskan bahan bakar untuk pekerja kunci," kata Kepala Eksekutif EveryDoctor Julia Grace Patterson.
Sekretaris Jenderal Serikat Guru NASUWT, Patrick Roach mengatakan, kekurangan BBM yang sedang terjadi diperkirakan akan menyebabkan kesulitan serius untuk penyediaan pendidikan.
"Bagi banyak guru, penggunaan angkutan umum bukanlah pilihan. Pemerintah harus segera mempertimbangkan untuk menjadikan guru sebagai kelompok prioritas untuk akses ke pasokan bensin dan solar yang tersedia secara lokal. Tanpa intervensi seperti itu, banyak guru akan berjuang untuk sampai ke tempat kerja mereka tepat waktu," ujarnya.
Sementara itu, Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris mengonfirmasi sejumlah pengemudi tank militer akan disiagakan dan dikerahkan jika perlu untuk membantu menstabilkan rantai pasokan.
"Sementara industri bahan bakar memperkirakan permintaan akan kembali ke tingkat normal dalam beberapa hari mendatang, kami mengambil langkah pencegahan yang masuk akal ini. Jika diperlukan, pengerahan personel militer akan memberikan rantai pasokan dengan kapasitas tambahan sebagai tindakan sementara untuk membantu meringankan tekanan yang disebabkan oleh lonjakan permintaan bahan bakar di tingkat lokal," tutur Menteri Bisnis dan Energi Inggris Kwasi Kwarteng.
Pemerintah juga mengumumkan pada Senin lalu, pengemudi dengan lisensi ADR (izin mengangkut barang berbahaya seperti BBM) bisa memperpanjang lisensi mereka hingga Januari jika berakhir sebelum akhir tahun ini.
Sedangkan pada Minggu (26/9/2021), Kwarteng membebaskan industri bahan bakar dari undang-undang persaingan Inggris, yang memungkinkan perusahaan untuk berbagi informasi dan memprioritaskan pengiriman BBM ke daerah yang paling membutuhkan. Sementara itu, ribuan pengemudi truk akan diberikan visa Inggris sementara menjelang Natal.
Dalam survei yang dilakukan oleh Asosiasi Pengangkutan Jalan Inggris (RHA) pada Juni, krisis BBM yang terjadi di Inggris akibat Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) atau dikenal dengan Brexit. Hal ini menyebabakan para pekerja UE, termasuk pengemudi HGV kembali ke negara asalnya.
Namun Brexit bukan satu-satunya faktor yang memberi kontribusi. Pandemi Covid-19 mendorong banyak pekerja asing meninggalkan Inggris dan banyak di antara mereka belum kembali. Perubahan regulasi ketenagakerjaan juga menjadi penyebab utama berkurangnya pengemudi di sana.
Penutupan tes mengemudi selama lockdown juga menghalangi pengemudi untuk memenuhi syarat menjadi pengemudi HGV. Menurut RHA, hanya 15.000 orang yang berhasil menyelesaikan pelatihan pada 2020, lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 25.000 orang. Selain itu, banyak pengemudi yang memutuskan pensiun dini atau beralih ke pekerjaan ke sektor lain selama pandemi Covid-19.
Editor: Jujuk Ernawati