Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Konsumsi Minyak Sawit Nasional Tahun Ini Naik 5,13%, Tembus 18,5 Juta Ton
Advertisement . Scroll to see content

Perang Rusia-Ukraina Ancam Eksportir Minyak Nabati

Jumat, 25 Februari 2022 - 14:32:00 WIB
 Perang Rusia-Ukraina Ancam Eksportir Minyak Nabati
Ilustrasi aktivitas ekspor. (Foto: Ant)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Perang Rusia-Ukraina mengancam eksportir minyak nabati, seiring dengan terganggunya distribusi di sejumlah pelabuhan utama di sekitar laut hitam. 

Hal itu, antara lain terlihat dari koreksi yang terjadi pada harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), pada perdagangan Jumat siang (25/2/2022). 

Berdasarkan data Bursa Derivatif Malaysia hingga pukul 13:46 WIB, harga CPO kontrak Maret 2022 turun -287 poin atau -4,04 persen di MYR6.800 per ton dari MYR7.087 per ton.

Kontrak April 2022 merosot -282 poin atau -4,16 persen di MYR6.496 dari MYR6.778. Sedangkan kontrak teraktif Mei 2022 koreksi -274 poin atau -4,24 persen di MYR6.179 dari MYR6.453.

Technical Analyst Reuters Wang Tao mencermati kontrak CPO Mei 2022 kemungkinkan bisa menguji kembali resisten terdekat di MYR6.488 per ton.

"Apabila tembus, maka bisa melesat hingga di kisaran MYR 6.562 - MYR 6.680 ringgit," kata Wang Tao, dilansir Reuters, Jumat (25/2/2022).

Pada sepanjang pekan ini, harga sawit diketahui telah naik 11,7 persen, terbesar sejak tahun lalu. Namun, apabila melihat fundamental dan sentimen global, harga CPO dinilai bakal terus menguat.

"Terlalu dini untuk mengatakan apakah koreksi hari ini akan semakin dalam, tetapi penurunan ini setidaknya menghapus risiko kekhawatiran perang sejak kemarin," kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura.

Sementara itu, harga minyak kedelai di Bursa Dalian China juga turun -1,2 persen, sementara kontrak CPO turun -0,1 persen. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 0,3 persen.

Seorang penasihat kantor staf presiden Ukraina mengatakan bahwa militer Ukraina telah menangguhkan pengiriman komersial di pelabuhan.

Hal ini menjadi sentimen negatif sekaligus ancaman bagi eksportir komoditas biji-bijian dan minyak nabati.

Capital Economics melaporkan bahwa ada ancaman risiko pasokan biji-bijian dari Rusia dan Ukraina karena sejumlah pelabuhan utama di sekitar Laut Hitam kemungkinan akan menjadi pusat konflik militer.

"Kami pikir harga pertanian bisa naik lebih lanjut dalam waktu dekat mengingat ketidakpastian tentang pasokan biji-bijian, dan prospek harga pupuk," bunyi laporan Capital Economics.

Selain sentimen global, harga CPO juga dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak lain seperti minyak kedelai hingga minyak biji bunga matahari, karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut