Perikanan Indonesia Sepakati Kerja Sama Dengan 6 Perusahaan China
JAKARTA, iNews.id - PT Perikanan Indonesia resmi menyepakati kerja sama dengan 6 perusahaan China. Kerja sama tersebut untuk pengembangan bisnis produk perikanan terpadu, pelabuhan perikanan, dan penangkapan ikan terukur.
Adapun ke-6 perusahaan China tersebut, yaitu Shanggang-Edi China Trading Co. Ltd, Tiancheng (Shanghai) Supply Chain Services Co. Ltd, Shanghai Seafirst Co. Ltd, Lygend Resources & Technology Co. Ltd, Zhejiang Ocean Fisheries Co. Ltd, dan Matrix Resources Co., Ltd.
Kerja sama pengembangan bisnis produk perikanan terpadu dilakukan dengan 3 perusahaan China, yakni Shanggang-Edi China Trading Co. Ltd, Tiancheng (Shanghai) Supply Chain Services Co. Ltd, dan Shanghai Seafirst Co. Ltd.
Sedangkan kerja sama pengembangan pelabuhan perikanan dan penangkapan ikan terpadu dilakukan dengan 3 perusahaan China lainnnya, yaitu Lygend Resources & Technology Co. Ltd, Zhejiang Ocean Fisheries Co. Ltd, dan Matrix Resources Co., Ltd.
“Kami selaku BUMN perikanan melakukan kerja sama dengan 6 perusahaan asal Tiongkok untuk menjadi mitra bisnis. Baik bisnis perdagangan dan pengolahan ikan, jasa bisnis kepelabuhan ataupun program penangkapan ikan terukur yang digagas Kementerian Kelautan dan Perikanan,” ujar Direktur Utama Perikanan Indonesia, Sigit Muhartono, dalam keterangan, di Jakarta, Selasa (29/8/2023).
Sigit menjelaskan, penandatanganan kerja sama akan memperkuat pangsa ekspor ke Negeri Tirai Bambu. Tujuan lainnya untuk memperkokoh segmen bisnis pelabuhan perikanan di Indonesia.
Sementara Direktur Operasional Perikanan Indonesia, Fajar Widisasono, mengatakan Shanggang Edi-China Trading Co. Ltd, sebagai perusahaan perdagangan ekspor impor membutuhkan udang jenis vanamei sebanyak 108 ton atau empat kontainer per bulan yang disuplai Perikanan Indonesia. Kontrak ini memiliki valuasi ekspor sebesar Rp11,5 miliar per bulannya.
Sementara itu, perusahaan lainnya yakni Tiancheng (Shanghai) Supply Chain Service Co., Ltd. mengajukan permintaan impor Baby Tuna dan Cakalang dari Indonesia sebanyak enam kontainer per bulan dengan kapitalisasi Rp4,4 miliar per bulannya.
“Sebetulnya permintaan lebih dari itu, namun Kami akan berusaha untuk menyuplai permintaaan mereka dengan volume yang kami sesuaikan dengan kemampuan perusahaan,” tutur Fajar.
Perikanan Indonesia juga meneken kerja sama bisnis pengembangan pelabuhan perikanan dan program Penangkapan Ikan Terukur dengan Lygend Resources & Technology Co,. Ltd, Matrix Resources Co. Ltd, dan Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd.
Hasil kesepakatan dengan Lygend Resources & Technology Co,. menyatakan mereka akan menghimpun konsorsium pemilik kapal tangkap perikanan di Shipu Town yang berukuran 100-300 GT untuk beroperasi di Indonesia yang dikerjasamakan dengan PT Perikanan Indonesia.
Lygend Resources juga akan menghimpun konsorsium 67 pabrik pengolahan ikan di Shipu Town. Pabrik-pabrik ini memiliki kebutuhan bahan baku 700.000 ton per tahun. Bahkan beberapa perusahaan yang dikunjungi dalam lawatan PT Perindo ke Tiongkok bersedia membangun pabrik pengolahan ikan di Pulau Obi, Maluku Utara.
Begitu pula dengan Matrix Resources Co. Ltd, yang merupakan anak perusahaan dari Lygend Resources, bersedia menjadi importir ikan dari hasil produksi PT Perikanan Indonesia. Mereka membutuhkan setidaknya 3.000 ton ikan Cakalang dan Baby Tuna dengan kapitalisasi Rp 80 miliar per bulan.
Sementara itu, MOU terkait program Penangkapan Ikan Terukur dilakukan dengan perusahaan Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd.
Dari hasil pembahasan kerja sama, Zhejiang Ocean Fisheris akan melakukan kunjungan balasan ke Indonesia pada awal September untuk tindak lanjut rencana kerja sama.
Saat ini, Zhejiang Ocean Fisheris memiliki 25 unit kapal baja berukuran 150 GT yang siap dikerjasamakan dengan PT Perikanan Indonesia. Zhejiang juga telah memiliki pangkalan pendaratan ikan di Manokwari, Papua Barat dengan fasilitas seluas 3,5 hektar.
“Kami berharap lawatan ke China dalam ajang WSS ini dapat segera ditindaklanjuti dengan kerja nyata yang membawa keuntungan bagi PT Perikanan Indonesia,” ungkap Fajar.
Editor: Jeanny Aipassa