Perluas Lini Bisnis, Gudang Garam (GGRM) Serius Garap Bandara Dhoho Kediri
JAKARTA, iNews.id - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) terus melebarkan sayap di berbagai lini bisnis selain rokok. Satu diantaranya adalah menggarap proyek Bandar Udara Internasional Dhoho (Bandara Dhoho), di Kediri, Jawa Timur.
Bandara Dhoho merupakan proyek Kerja Sama pemerintah dengan badan Usaha (KPBU) senilai Rp10,8 triliun, yang digarap Gudang Garam melalui anak usahanya.
Direktur & Corporate Secretary GGRM, Heru Budiman, mengatakan Bandara Dhoho ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2023. Dia pun memastikan proyek ini tidak berhubungan dengan industri rokok.
"Apakah Dhoho berkaitan dengan industri rokok, tidak sama sekali, karena Dhoho itu mulai diprakarsai segala macam itu sebelum Covid. Tentu kita mengharapkan profit (dari bandara)." tegas Heru Budiman dalam acara Public Expose 2022, yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia, Jumat (16/9/2022).
Pernyataan tersebut memperjelas bahwa proyek Bandara Dhoho bukan merupakan exit-strategy, tetapi justru diversifikasi bisnis perseroan dalam senjakala industri rokok, yang sempat menjadi pembicaraan di kalangan investor dan pelaku pasar modal.
Dia mengungkapkan, selain menarget laba, Gudang Garam berharap kehadiran Bandara Dhoho dapat memberi manfaat jangka panjang terutama meningkatkan perekonomian penduduk sekitar Kediri
"Sehingga penduduk atau semua yang ada di sekitar Kediri bisa mendapatkan manfaatnya, dan GGRM juga bisa nikmati, tapi jelas airport itu tidak ada hubunganya dengan industri rokok," ungkap Heru.
Seperti diketahui, selain bisnis rokok, GGRM mampu menyerap pendapatan dari penjualan kertas karton di tingkat domestik maupun ekspor mencapai Rp1,29 triliun dan laba Rp283,65 miliar pada semester I/2022.
Dalam laporan keuangan, penjualan rokok masih menjadi tulang punggung omset jumbo perseroan sebanyak Rp60,83 triliun yang sepenuhnya bersal dari penjualan kepada pihak eksternal.
Pasar domestik masih mendominasi penjualan produk GGRM, sedangkan ekspor mampu menyerap pendapatan (baik rokok dan kertas karton) sejumlah Rp787,39 miliar.
Editor: Jeanny Aipassa