Pertamina Beberkan 3 Faktor Penyebab Kerugian Rp11 Triliun
Emma melanjutkan, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga berdampak signifikan di mana pada akhir tahun lalu rupiah berada di posisi Rp13.900 per dolar AS dan relatif stabil dibanding pada kuartal kedua tahun 2020.
"Memasuki kuartal kedua kurs itu sangat fluktuatif. Pertamina terdampak sekali karena buku kita dalam dolar AS, sementara revenue dalam rupiah. Belanja crude dalam dolar. Jadi dari revenue turun dan selisih kurs kita sangat terdampak sekali," tuturnya.
Emma menuturkan, faktor lainnya adalah pelemahan Indonesian Crude Price (ICP). Di satu sisi hilir berdampak namun sebenarnya tidak karena ada penurunan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan juga avtur sementara stok masih banyak.
"Jadi menumpuk barang. Kita tidak enjoy dengan penurunan harga ICP. Sementara kilang kita masih konsumsi harga crude yang lebih mahal, mungkin 2-3 bulan ke belakang," kata dia.
Editor: Ranto Rajagukguk